Senin, 02 April 2012

MIMPI

     Minggu pagi. kebiasaan yang telah berjalan bertahun-tahun itu kembali terulang, tidur lagi setelah sholat subuh! dan entah kenapa adik-adikku, Faisal kelas 3 SMU, Mawar kelas 2 SMP dan Ayu kelas 6 SD kompak mengikuti kebiasaanku. kami baru akan bangun jam 8 pagi, itupun setelah ibu menggedor-gedor kamar tidur kami, memanggil dengan panggilan yang nyaris terdengar sampai ke ujung kampung, kadang juga mengusap wajah kami dengan tangan beliau yang telah di basuh dengan air.
     tapi minggu pagi itu, ibu memaksa kami berkumpul di ruang tengah setelah sholat subuh padahal aku sudah ingin buru-buru  tidur lagi. dari tempat duduk ku saja aku seperti mendengar panggilan bantal dan kasur tidurku yang tak sabar ingin di tempati. yang di paksa berkumpul di ruang tengah ternyata bukan hanya kami anak-anak ibu tapi ayah juga. itu yang menimbulkan tanda tanya yang membuatku kali ini menolak panggilan bantal dan kasur tidurku.
     "ibu semalam bermimpi" ucap ibu lemah. malah terdengar hendak menangis
     "mimpi apa si bu? kaya' nya serius banget" tanya ayah sambil menguap menahan kantuknya. rupanya ayahpun ingin tidur lagi, mungkin karena ini hari minggu di mana ayah libur dari rutinitas kerja
     "ibu mimpi gigi bawah ibu tanggal..." ucap ibu di susul suara tangisan yang menyayat hati. tentu saja kami semua kaget. apa hubungannya mimpi dengan tangisan ibu?
     "lho kok nangis.ada apa bu?" tanya ayah heran. seheran kami anak-anaknya
     "kalau mimpi gigi bawah tanggal itu berarti ada orang dekat kita yang akan meninggal"
ibu kembali menangis tersedu-sedu
     "Faisal ngantuk. mau tidur lagi" ucap Faisal sambil berdiri
     "aku juga" susul Mawar
     "sama. aku juga mau tidur lagi" ucapku bersiap-siap melesat ke kamar tidur. sementara Ayu adik terkecil ku sudah sejak tadi tidur dalam posisi duduk di kursinya
     "kalian semua duduk lagi!"  teriak ibu mengagetkan sekaligus menghentikan langkah kami
     "kalian tidak paham dengan kesedihan ibu. dengan perasaan ibu" ucap ibu histeris. kami semua saling pandang
     "memang ada apa si bu? ibu cuma mimpi gigi bawah ibu tanggal kan?" tanyaku mulai bersimpati
     "iya. tapi itu artinya ada di antara kalian yang akan meninggal" jawab ibu sambil bersiap mau menangis lagi
     "ibu kok percaya pada mimpi. ada-ada saja"
     "kamu anak kecil tahu apa? kata orang tua dulu juga kalau mimpi gigi bawah tanggal tandanya ada orang dekat yang akan meninggal" ucap ibu sewot merasi di remehkan
     "Dian benar bu. jangan percaya dengan mimpi ibu" ucap ayah membelaku
     "Ayah juga tidak percaya?" tanya ibu sewot. ayah mendehem. biasanya itu tanda ayah akan mengutip hadits atau ayat qur'an.
      "kata Rosulullah kalau mimpi buruk meludahlah tiga kali ke kiri. lalu yakinlah mimpi itu tidak akan berpengaruh apa-apa karena mimpi itu datangnya dari setan"
tuhkan ayah mengutip hadits nabi.
     "mulai sekarang kalian semua tidak boleh pergi jauh-jauh kecuali ada urusan yang benar-benar penting" ucap ibu serius
     "lho kenap bu?" tanya kami serempak termasuk ayah
     "kalian semuakan sehat. tidak ada yang sakit. jadi kalau di antara kalian ada yang mau meninggal itu pasti karena kecelakaan. makanya kalian semua jangan pergi jauh-jauh. termasuk ayah"
                                                                          ***

     Minggu siang aku sudah janji mau menemani Clara ke toko buku. setelah mandi dan berganti baju aku bergegas keluar rumah. di ruang depan sandal yang ku pakai, ku ganti dengan sepatu. aku telah siap pergi ketika ku dengar suara ibu memanggil dari ruang tengah.
     "mau kemana Dian?" tanya ibu setelah berdiri di belakangku
     "mau ke toko buku bu. sama teman"
     "ibu tidak kasih izin. kamu tidak boleh kemana-mana" ucap ibu tegas
     "lho kenapa bu?" tanyaku heran
     "kamu belum mengerti juga? semalam ibu mimpi gigi bawah ibu tanggal..."
ibu diam beberapa saat lalu tiba-tiba saja ibu memelukku sambil menangis sesunggukan
     "ibu sayang kamu nak. ibu nggak mau kamu pergi meninggalkan ibu"
ibu yang biasanya super cerewet, yang lengkingan suaranya lebih keras dari pengeras suara di mushola kami kini berkata dengan begitu lembutnya. aku ikut terharu. ternyata di balik sikap ibu yang super protektif menyimpan kasih sayang yang begitu dalam. aku ikut menangis, bukan karena takut mati tapi karena terharu
     "jangan pergi ya sayang?"
     "ya bu. hari ini Dian di rumah aja" jawabku menenangkan ibu. biarlah hari ini aku mengalah demi membuat ibu tenang.
Dugaanku setelah lewat beberapa hari ibu akan lupa dengan mimpinya yang tak terbukti. namun ternyata ibu terus saja memikirkan mimpinya bahkan sekarang ku lihat ibu sering termenung sendiri
     "bu. mempercayai kalau mimpi gigi tanggal akan ada kerabat yang meninggal itu tidak di benarkan islam. itu sama saja mendahului kehendak Allah" ucapku suatu hari ketika untuk kesekian kalinya ibu begitu  terpengaruh pada mimpi itu
     "dulu waktu nenekmu mimpi gigi bawahnya tanggal tak lama kemudian kakekmu meninggal"
     "itu cuma kebetulan bu. tidak ada hubungannya dengan mimpi nenek"
     "waktu nenekmu meninggal, ibu juga mimpi gigi ibu tanggal"
begitulah semakin banyak ku memberi komentar semakin banyak pula ibu memberi contoh kebenaran makna mimpinya.
     ketika dua minggu berlalu dan ibu masih terbelenggu oleh mimpinya padahal kami orang-orang terdekatnya tak ada yang sakit atau meninggal, aku terpaksa mengajak ayah berbicara serius soal ibu tentu waktu ibu tidak di rumah
     "gimana nih yah, ibu makin sering bengong memikirkan mimpinya?"
     "Ayah juga tidak tahu harus gimana lagi. ayah lihat ibu malah sudah kehilangan selera makannya"
     "apa perlu bantuan psikater yah?"
     "ayah pernah usulkan itu pada ibu tapi ibu menolak mentah-mentah"
                                                                             ***

     makin hari keadaan ibu makin memprihatinkan. selain sering termenung dan ujung-ujungnya menangis sendiri, ibu kehilangan nafsu makannya padahal ibu pernah sakit magh yang cukup parah. karena tak tahu lagi mesti bagaimana menyadarkan ibu aku sering menangis di depan ibu, seperti hari ini melihat ibu terbaring di ranjang dengan pandangan kosong aku menangis
      "bu sadarlah. lihatlah satu bulan telah berlalu dan anak-anakmu juga ayah masih sehat-sehat saja. justru ibu yang sakit karena terlalu mempercayai mimpi yang ibu artikan sendiri" ucapku di antara sesunggukan tangisku
     "kakekmu meninggal setelah nenekmu mimpi gigi tanggal lewat dua bulan. nenekmu meninggal setelah satu bulan setengah ibu mimpi gigi ibu tanggal"
     "ibu...."
     "ibu tidak sanggup kehilangan salah satu dari kalian"
                                                                              ***

     suara adzan subuh membuatku terbangun dari tidur. letak rumahku yang persis di belakang mushola membuat suara adzan dari pengeras suara itu begitu kencang. semalam aku kurang tidur. aku menemani ibu yang badannya mulai lemah karena tak mau makan.
     ku perhatikan ibu yang kelihatannya tidur lelap. biasanya ibu tak bisa tidur. kalaupun tidur pasti mengigau memanggil nama salah satu anaknya.
     ku tempelkan telapak tanganku di kening ibu untuk mengetahui apakah panasnya sudah turun atau belum. aku senang ternyata tubuh ibu tak panas lagi tapi dingin. ya Allah tubuh ibu dingin! jangan-jangan... ku periksa nafas ibu lalu denyut nadinya.
aku berteriak histeris memanggil ibu saat ku yakin ibu justru telah meninggal. lalu ku rasa semua gelap. aku pingsan.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda