Jumat, 27 Januari 2012

Pesugihan

     Beberapa lelaki duduk di ruangan yang hanya di terangi lampu minyak kecil yang cahayanya tidak bisa menerangi semua ruangan. lalu mereka mengambil sehelai daun jagung yang sudah kering. di bubuhinya daun itu dengan tembakau dan kemenyan. lalu campuran racikan itu di gulung dengan daun jagung tadi, kemudian di bakar ujungnya. beberapa lelaki lain melakukan hal sama. segera bau harum kemenyan menyebar ke seluruh ruangan. itulah bau asap rokok racikan has penduduk desa kalisana, sebuah desa kecil di kabupaten Kebumen.
     "sebenarnya siapa si lik yang benar-benar melihat babi itu?"
     "ndak tahu Man. katanya si Somad. ceritanya Somad malam itu mau membetulkan aliran air lalu melihat ada sesuatu yang bergerak-gerak di samping rumah pak Karim. di kira kambing pak Karim lepas tapi setelah di amat-amati ternyata seekor babi."
     "tapi ternyata Somad ndak melihat babi itu dan ndak pernah cerita ke orang kalau dia melihat seekor babi di samping rumah pak Karim." potong Karman cepat. lelaki yang di panggilnya Lik itu mengangguk-angguk.
     "Bapak percaya kalau pak Karim nyupang atau mengamalkan pesugihan?" Karman mengalihkan pertanyaan pada bapaknya.
seorang lelaki tua bertelanjang dada yang sejak tadi asik menikmati rokoknya sambil sesekali mengusir nyamuk dengan baju lusuh yang tidak di pakai tapi hanya di sampirkan di bahunya.
     "kita tidak boleh menuduh orang tanpa bukti Man, itu fitnah namanya."
     "tapi hampir semua penduduk mempercayai itu pak. malah sekarang banyak anak-anak muda yang ronda cuma untuk memergoki dan menangkap babi ngepet itu."
     "buktinya apa kalau pak Karim nyupang?"
tak ada yang menjawab pertanyaan lelaki tua yang kelihatan miskin dan bodoh itu.
     "apa karena dia beli motor. padahal sawahnya cuma sepetak. jauh lebih luas dari sawah kita?"
untuk ukuran desa terpencil seperti kalisana, motor memang barang mewah.  baru pak lurah dan haji Kosim yang memiliki motor.
     "atau karena bulan kemarin dia memugar rumahnya, mengganti lantai rumahnya dengan keramik?"
kembali hening. namun tak ada raut-raut serius di wajah mereka. perdebatan itu mereka anggap obrolan ringan yang tak perlu menegangkan saraf otak apalagi otot.
     namun di tempat lain, di sebuah rumah yang kelihatan lebih bagus dari rumah sekitarnya suasana justru berbeda. suasana di rumah itu begitu tegang dan emosional. orang yang dapat giliran bicara, bicara dengan keras penuh kemarahan, kebencian. dan yang mendengarkanpun sama emosinya.
     "coba pikir. sawah karim itu cuma sepetak. kebunnya juga tak lebih luas dari kebun kang Mamad tapi dia bisa beli motor baru. dari mana duitnya?!"
     "rumahnya juga sekarang di keramik kang." ucap yang lain tak mau kalah.
     "tak salah lagi. babi yang sering di lihat penduduk di sekitar rumah Karim kalau malam pasti babi ngepet piaraannya si Karim."
     "atau bisa jadi itu si Karim sendiri kang. katanya kalau orang lelaku pesugihan tubuhnya bisa jadi babi terus ngambilin duit kita."
     "apa kita harus diam saja kang Karjo?"
seluruh mata memandang pak Karjo seperti budak-budak yang menunggu perintah tuannya. pak Karjo, lelaki setengah baya yang dulu lamaran anaknya di tolak pak Karim karena si pemuda suka mabuk-mabukan dan berjudi, pak Karim justru menerima lamaran dari pemuda kampung sebelah untuk Zubaidah anak gadisnya.
     "saudara-saudara, sudah tidak bisa di sangkal lagi kalau si Karim ngelmu pesugihan babi ngepet. buktinya jelas, penduduk sering melihat ada babi di sekitar rumah karim saat malam lalu banyak penduduk yang kehilangan uangnya. kita harus memaksa Karim keluar dari kampung ini sebelum babi ngepetnya bukan hanya mengambil duit kita tapi juga mengambil nyawa kita."
     "setuju. ayo kita usir karim dan keluarganya dari desa ini."
     "kita rajam saja."
     "bakar"
     "bunuh."
dan seperti sekumpulan serigala yang haus mangsa mereka keluar membawa obor, clurit, palu, arit, linggis atau apa saja yang bisa memuaskan ambisi iblis di hati mereka.
sepanjang jalan menuju rumah pak karim, mereka menghasut, membujuk, memprovokasi penduduk lain untuk ikut aksi mereka. beberapa penduduk yang tidak sejalan dengan mereka diam-diam melaporkan kejadian itu pada pak lurah dan pak lurah segera menghubungi polisi.
     sementara di rumah pak karim terlihat tenang.. mereka tak menyadari bahaya yang sedang mengintai.setelah Zubaidah, anak semata wayang mereka menikah lalu lalu ikut suaminya merantau ke Jakarta, pak karim cuma tinggal berdua dengan istrinya.
     "kok ada orang yang tega nuduh kita nyupang ya pak?"
nyupang adalah bahasa lain untuk orang yang mengamalkan ilmu pesugihan
     "ya biarkan saja to bu, biar mereka pertanggung jawabkan itu pada gusti Allah." sahut lelaki itu kalem. tak ada sedikitpun nada kebencian dalam ucapannya maupun sorot matanya.
     "kata bu Darmi orang -orang nuduh kita nyupang karena rumah kita sekarang di keramik, terus bapak juga beli motor."
     "bu, kan sudah bapak bilang, bapak menjual warisan bapak berupa sawah di sumatra sana, dari pada tidak di urus. kalau motor itu buat usaha bapak. bapak capai jadi petani. bapak mau coba ngorderin genteng soka saja." jawab pak karim yang memang asli orang sumatra.
     "kenapa tidak bapak jelaskan saja pada orang-orang yang nuduh kita nyupang?"
     "buat apa, kan mereka tidak nanya?"
obrolan mereka terhenti ketika terdengar suara-suara yang makin mendekat. sepasang suami istri itupun keluar, mencari tahu apa yang terjadi. betapa terkejutnya mereka ketika terlihat puluhan orang membawa obor, benda-benda tumpul dan senjata tajam menuju rumah mereka.
     "hai karim pergi dari sini. kami tidak mau di kampung ini ada orang yang nyupang babi ngepet."
suara kemarahan sahut menyahut.
     "tunggu bapak-bapak, ini siapa yang nyupang babi ngepet?"
suara pak karim seperti suara nyamuk di tengah bisingnya auman harimau, tak terdengar. kalah oleh suara makian, ancaman dan kemarahan penduduk.
     susah payah pak karim mencoba menjelaskan asal usul hartanya dan sebelum kalimatnya selesai sebuah pukulan menghantam mulut pak karim. sebelum pak karim sadar apa sebenarnya yang terjadi, pukulan dan tendangan kembali mendarat di tubuhnya. darah muncrat dari mulut pak karim. sementara sejak tadi istrinya pingsan karena ketakutan. pak karim roboh. orang-orang bersorak kegirangan sepertinya mereka telah menjadi pahlawan.
     "bakar saja rumahnya."
entah siapa yang mengucapkan kalimat itu tapi semua orang mendukungnya.
     "ya ayo kita bakar."
terlihat beberapa orang menyiramkan minyak  dari obor-obor yang mereka bawa tapi sebelum mereka menyulutnya dengan api terdengar dua tiga tembakan di udara. serentak penduduk menoleh ke belakang dan ketika di lihatnya puluhan polisi datang dengan lurah mereka, sebagian penduduk memilih kabur.
     "hentikan. jangan ada yang main hakim sendiri." suara polisi yang begitu tegas menyiutkan nyali penduduk. merekapun menyingkir menjauhi tubuh pak karim dan istrinya yang tergeletak di tanah.
     sementara dari kejauhan, di tempat yang gelap yang tak mungkin terlihat siapapun pak Karjo berbisik pada lelaki di sampingnya; "sementara cukup segini saja pelajaran buat si karim itu."

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda