Rabu, 11 April 2012

DI PERSIMPANGAN JALAN

     Jam dua dini hari. sebagian teman-teman jamaah tablighku masih tertidur di dalam masjid Annur, sebuah masjid di daerah Bekasi yang pengurusnya mengizinkan kami untuk tinggal beberapa hari  di sini. pengalamanku beberapa kali ikut khuruj ada juga masarakat dan pengurus masjid yang tidak bersedia masjidnya kami jadikan untuk tempat menginap. khuruj adalah istilah dalam jamaah tabligh untuk anggota yang keluar ke daerah lain selama 3, 6, atau 40 hari. bahkan bagi anggota jamaah tabligh, sering juga di singkat JT yang sudah senior  saat khuruj bisa sampai tiga bulan berturut-turut.
     Setelah buang air kecil dan berwudhu akupun mengerjakan sholat tahajud. sungguh aku sangat bersukur mengenal dan menjadi anggota jamaah tabligh. ilmu agamaku sangat awan. dengan bergabung di JT aku harap pengetahuan agamaku akan bertambah yang akan membuat imanku akan bertambah juga tentunya.
     dulu pekerjaanku sehari-hari adalah berdagang buku-buku agama dan minyak wangi. tempat jualanku berpindah-pindah. kalau hari jum'at lebih sering di emperan istiqlal, menunggu jamaah pulang dari sholat jum'at. namun sejak ikut jamaah tabligh aku sering tidak jualan karena harus khuruj dengan teman-teman. awalnya cuma tiga hari. kemudian enam hari dan sekarang empat puluh hari. karena sering tidak jualan sedikit demi sedikit modal daganganku habis terpakai untuk kebutuhan sehari-hari. bahkan akupun tidak lagi mampu membayar kontrakan. untunglah aku kemudian bisa tinggal di mushola mutaqin di daerah cilebut bogor. aku bisa tinggal dan menjadi marbot di mushola itu karena semua pengurus mushola dan juga sebagian besar jamaahnya adalah anggota jamaah tabligh.
     Setelah sholat tahajud beberapa rakaat ku lanjutkan dengan dzikir.
hidup dari mengandalkan penghasilan sebagai marbot di sebuah mushola kecil tidaklah cukup namun rizki Allah kadang memang datangnya tidak di sangka-sangka.
     suatu hari saat sedang berjalan pulang dari suatu tempat, aku di panggil oleh seorang lelaki warga keturunan (cina). walau heran aku mendatanginya. ternyata dia minta tokonya di do'akan agar laris. mungkin dia menyangka aku 'orang pinter' karena penampilanku sangat meyakinkan untuk itu. tubuhku tinggi besar dan jenggotku sangat lebat. dan seperti umumnya anggota jamaah tabligh  akupun selalu memakai jubah putih dan kain yang melilit kepala mirip penampilan para wali dalam film wali songo. walau awalnya ragu ku doa kan juga toko itu. setelah selesai warga keturunan itu memberiku sejumlah uang. saat aku sudah jauh daari tokonya ku hitung uang itu, ternyata jumlahnya ada dua ratus ribu. mulanya ku anggap ini rezeki tapi sekarang aku ragu jangan-jangan ini cobaan.
     beberapa hari setelah kejadian itu ada saja warga yang datang minta tolong padaku. ada yang minta di do'akan agar rezekinya lancar, minta air putih yang harus ku doakan dulu yang katanya untuk obat, bahkan ada juga yang datang minta jimat untuk pegangan.
     awalnya aku sempata heran kenapa mereka memilih aku padahal di mushola ini semua jamaahnya berpenampilan seperti wali. tapi setelah ku perhatikan dengan seksama ternyata penampilankulah  memang yang paling penuh kharisma. selain memakai jubah dan kain yang melilit kepala seperti yang lain, tubuhku tinggi besar dengan jenggot yang sangat lebat dan panjang. di tambah ada warna hitam di keningku yang jarang di miliki anggota lain.. benar-benar sangat mirip dengan sosok wali songo!
     untuk warga yang meminta jimat, saat itu aku belum bisa memberikannya karena memang aku tidak memiliki jimat. namun dari pengalan itu aku kemudian pergi ke pasar pagi asemka untuk belanja aneka jimat. sebagai mantan pedagang buku yang berpindah-pindah aku tahu di situlah tempat kulakan jimat.
     seiring waktu berjalan makin banyak orang yang datang menemuiku. banyak uang yang ku dapatkan dari pemberian orang-orang itu. akupun kemudian memutuskan untuk mengontrak rumah dan meninggalkan pekerjaan sebagai marbot. ini juga untuk kenyamanan orang-orang yang memiliki keperluan dengan ku.
     seperti ku bilang sejak awal, aku ini awan soal agama. dan di jamaah tabligh ini ternyata tidak pernah membahas soal hukum jimat dan perdukunan. yang lebih sering di ajarkan adalah faedah suatu amalan dan pentingnya berjuang di jalan dakwah. maka ketika suatu hari aku bertemu dan ngobrol banyak dengan seorang teman yang bukan dari jamaah tabligh yang mengatakan yang ku lakukan adalah praktek perdukunan yang di larang islam akupun kaget. dia juga bilang mendoakan kelancaran rizki orang kafir  itu tidak ada tuntunannya dalam islam. yang harus di doakan adalah agar ia mendapat hidayah Allah dan masuk islam.
     Beberapa teman jamaah tablighku telah terbangun. mereka kemudian mengambil wudhu untuk sholat tahajud.
tak terasa air bening membasahi mata kemudian jatuh meleleh di pipiku. aku benar-benar dalam kebimbangan.
     aku sangat awan masalah agama. kalau aku memberikan jimat untuk orang-orang yang datang padaku karaena begitulah yang ku tahu saat seseorang datang minta pegangan pada 'orang pinter' di daerahku, di jawa timur sana.
     sekarang yang ku pikirkan bukan hanya haram tidaknya sebuah jimat tapi benarkah  jimat yang ku berikan itu memiliki fungsi untuk kewibawaan, melancarkan rizki, di sayang atasan, membuat musuh gentar dan fungsi-fungsi lainnya? karena jimat itu ku beli secara kodian di grosiran jimat di pasar pagi asemka.
     masalah lainnya adalah kalau aku tidak lagi menerima tamu, dari mana aku mendapatkan uang untuk kebutuhan sehari-hariku? dan sanggupkah hatiku melepaskan pekerjaan yang bisa mendatangkan banyak uang dengan mudah ini?
Aku bimbang ya Allah......


*berdasarkan kisah nyata yang terjadi pada seorang kenalan di jamaah tabligh.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda