Rabu, 04 April 2012

BURUNG PRENJAK

     Pagi belum sempurna dan matahari masih setengah hati menampakan diri namun kami telah bersiap-siap berangkat ke sawah. semalam bu lurah menyewa tenaga kami untuk menanam benih padinya. uang 'panjer' telah di beri, ketika ibu berteriak memanggil kami anak-anaknya.
     "Haekal akan pulang. kalian masaklah yang enak. rapikan kamarnya" ucap ibu penuh semangat. matanya berbinar-binar penuh kebahagiaan. kami tekejut tapi kami juga merasakan kebahagiaan seperti yang ibu rasakan.
     Haekal adalah kakak sulung kami. anak-anak ibu berjumlah empat. cuma satu yang laki-laki, abang kami itu. satu tahun setelah Bapak meninggal bang Haekal minta ijin untuk merantau. katanya untuk meringankan beban ekonomi keluarga juga demi masa depannya. di tahun pertama setelah merantau bang Haekal rajin mengirim wesel dan surat. bang Haekal bilang baru akan pulang setelah ia sukses. tapi tahun-tahun berikutnya bang Haekal tidak pernah kirim uang atau surat lagi. surat-surat yang kami kirimkanpun di kembalikan kembali oleh petugas pos. katanya nama dan tujuan tidak di kenal. sejak itu ibu sering menangis, merindukan bang Haekal. setiap orang yang pulang dari rantauan pasti di tanya ibu tentang keberadaan bang Haekal. namun tidak ada satupun titik terang dari mereka. kini setelah merantau empat tahun, tiga tahun tanpa kabar, tiba-tiba ibu bilang bang Haekal akan pulang. tentu saja kami kaget sekaligus bahagia. mungkin ibu dapatkan kabar itu dari orang kampung yang pulang dari merantau.
     hari itu juga kami, tiga orang anak ibu segera menemui bu lurah. kami minta maaf karena tidak bisa mengerjakan pekerjaan di sawah bu lurah. awalnya bu lurah marah tapi setelah kami jelaskan hari ini bang Haekal pulang, bu lurah bisa mengerti juga. uang panjer yang semalam di berikanpun kami kembalikan.
     selanjutnya kami berbagi tugas. aku belanja daging ayam di pasar. tidak setiap minggu bahkan bulan kami makan dengan lauk daging ayam, hanya kalau ada hari-hari istimewa saja seperti lebaran atau hajatan.
adikku Rima bertugas membersihkan rumah agar kelihatan beda dengan kemarin. sedang adik terkecilku Rahma bertugas merapikan kamar bang Haekal dan mengabari kerabat kalau bang Haekal akan pulang.
     "mba Ayu mau belanja apa?" suara seorang wanita ku dengar dari arah sampingku. aku menoleh. ku lihat Dewi dengan senyum manisnya. senyum yang menimbulkan lesung pipit di kiri dan kanan pipinya.
     "ee Dewi. ini mau belanja daging ayam"
     "ada acara apa mbak, kok mau masak ayam segala?"
pertanyaan yang wajar, orang-orang di kampungku memang tidak setiap hari masak daging ayam
     "bang Haekal mau pulang" kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku. aku tidak ingat kalau Dewi dulu pacar bang Haekal. tidak tahu sekarang setelah empat tahun bang Haekal tidak pulang.
ku lihat mata Dewi berbinar-binar. persis seperti mata ibu waktu mengatakan bang Haekal akan pulang
     "kalau begitu saya bantuin bawa belanjaannya ya. sekalian nanti saya ikut pulang ke rumah mba Ayu, buat bantu-bantu"
aku menatap Dewi tak percaya. mungkinkah Dewi masih mencintai bang Haekal. ah mana tega aku menolak permintaannya.
                                                                               ***

     ketika sampai di rumah ternyata saudara telah berkumpul. ada paman Wijad dengan istri dan dua anaknya. ada bibi Eni dan suaminya. juga paman Rosidi dengan istri dan anak mereka. dalam sekejap rumah kami sudah penuh dengan kehadiran kerabat dan saudara yang kemudian menimbulkan tanda tanya bagi tetangga dan warga yang kebetulan melintas di depan rumah kami. pertanyaan mereka sama 'ada acara apa nih, kok rame banget?' jawaban yang kami berikan pada orang-orang itupun sama 'bang Haekal mau pulang' dan dalam sekejap semua warga desa telah mengetahui kalau bang Haekal akan tiba dari rantauan.
     mendengar bang Haekal akan pulang, teman-teman sepermainan bang Haekal segera berkumpul di rumah kami. sebagian mereka duduk-duduk di luar rumah sambil main gitar atau sekedar ngobrol. ada dua puluhan pemuda, teman-teman bang Haekal yang telah menunggunya di sini. bagi mereka bang Haekal memang seperti pemimpin pemuda desa. entah kharisma seperti apa yang di miliki bang Haekal hingga mereka begitu lengket dengan bang Haekal. tak lama kemudian pak lurah Karjo datang tergopoh-gopoh.
     "apa benar Haekal mau pulang?" tanya pak lurah Karjo pada ibu
     "iya pak. Haekal sebentar lagi pulang" jawab ibu mantap.
dulu waktu pemilihan lurah, bang Haekal termasuk pendukung utama pak Karjo. bang Haekal di segani pemuda-pemuda di sini dan dengan bantuan bang Haekal pak Karjo berhasil menjadi lurah, mengalahkan dua calon lainnya.
     aku ingat sekarang, dua bulan lagi kan ada pemilihan lurah baru. kabarnya lurah Karjo ingin mencalonkan diri lagi. pasti kepulangan bang Haekal akan sangat menguntungkan posisi lurah Karjo, kalau bang  Haekal mau kembali mendukung lurah Karjo. pantas sekarang lurah Karjo buru-buru datang ke sini.
     "kalau begitu untuk menyambut kedatangan Haekal saya akan menyewa penyanyi dangdut dari kecamatan sekaligus grup musiknya"
benar saja dua jam kemudian telah datang rombongan penyanyi lengkap dengan grup musiknya. tak lama kemudian terdengar suara merdu penyanyi dangdut itu. suaranya terdengar sampai jauh.
mengetahui ada hiburan dangdut dengan penyanyi-penyanyi yang cantik dan seksi banyak orang yang berdatangan untuk menonton. bukan hanya penduduk desa ini tapi juga penduduk dari desa-desa tetangga.
     maka ketika siang tiba, halaman rumah kami yang cukup luas di tambah pekarangan kosong di depannya menjadi lautan manusia. takut terjadi sesuatu seperti tawuran antar penonton, pak lurah meminta bantuan  polisi untuk menjaga keamanan.
     sejak siang aku sudah mulai resah. kenapa bang Haekal belum juga tiba. berkali-kali ku tanyakan pada ibu tapi ibu dengan nada yang begitu mantap mengatakan sebentar lagi Haekal tiba.
     saat senja tiba aku kembali resah. bang Haekal belum juga tiba. kini bukan hanya aku yang resah, adik-adikku, kerabat-kerabat kami, teman-teman bang Haekal juga pak lurah ikut resah. berkali kali kami secara bergantian bertanya pada ibu 'kenapa bang Haekal belum tiba?' dan ibu dengan keyakinan yang tak tergoyahkan kembali menjawab 'sebentar lagi Haekal pasti tiba'
     ahirnya malam tibaa. penyanyi dangdut dan grup musiknya telah pulang, selain kontraknya dengan pak lurah memang cuma sampai sore juga itu atas saran dari kapolsek, mengingat seminggu yang lalu ketika ada hiburan musik dangdut sampai malam, malam hari di gunakan penonton untuk mabuk-mabukan lalu terjadi keributan dengan kelompok pemuda dari desa lain. kini penontonpun telah membubarkan diri yang tertinggal cuma pak lurah, teman-teman bang Haekal, paman dan bibi kami dan tentu aku dan keluargaku. kami semua berkumpul di depan ibu sambil kembali bertanya kenapa bang Haekal belum juga tiba? ibu, sekali lagi dengan keyakinan yang tak berubah menjawab sebentar lagi Haekal pasti tiba. ahirnya aku memberanikan diri bertanya 'sebenarnya kata siapa bang haekal mau pulang?'
     "tadi pagi burung prenjak berkicau di belakang rumah kita. ibu yakin Haekal akan pulang"
mendengar jawaban ibu kami semua tertunduk lemas. orang-orang dulu memang mempercayai kalau burung prenjak berkicau di dekat rumah kita tandanya akan ada saudara, kerabat atau keluarga yang akan pulang dari merantau.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda