Minggu, 18 Maret 2012

PEMAKAN SILET

     "apa hubungan saudara dengan Sudibyo?" tanya petugas polisi itu setelah mencatat identitas lengkapku. aku bingung harus menjawab apa
     "Sudibyo siapa pak?" tanyaku tak mengerti
     "nama samarannya Umar" jawab polisi itu sambil memperhatikan ekpresi wajahku yang tentu saja aku terkejut.
     "ada hubungan pertalian saudara dengan Sudibyo atau Umar?"
Aku menggeleng
     "cuma teman? sudah lama kenal?"
     "boleh saya ceritakan semua dari awal pak?"
Polisi itu mengangguk. aku menelan ludah. ini pertama kali aku berurusan dengan polisi. tegang dan grogi juga di introgasi begini.
                                                                             ***

     "jangan sampai kita meninggalkan sholat. sholat itu tiang agama. ibadah yang pertama kali di hisab di aherat juga sholat. malah dalam sebuah hadits Rosulullah bersabda bahwa sholat itu pembeda antara kita dengan orang kafir"
Aku mengangguk. kata-katanya begitu menyejukan hatiku. namanya Umar. aku mengenalnya dua hari yang lalu, waktu duduk di taman dalam kesendirian. mengenalnya seperti menunjukan bukti kasih sayang Allah padaku. sudah lama aku ingin hidup di jalan yang lurus. tidak lagi menenggak minuman keras, merengkuh kenikmatan dengan wanita-wanita nakal. dan baru dua hari aku memantapkan diri meninggalkan semua dosa itu, Tuhan mengirim orang ini menjadi sahabatku. sahabat yang akan selalu menginggatkan aku untuk taat pada aturan Tuhan, menjauhi semua yang di larang.
     "pulang dulu yuk?" ajakku ketika kata-katanya mengalami jeda. tak terasa sudah setengah jam dia memberiku nasehat-nasehat agama, setelah kami selesai sholat dzuhur berjamaah di masjid dan duduk di teras masjid sebelum pulang. dia mengangguk lalu kami melangkah pulang.
     dua hari bersamanya tapi aku belum tahu asal usulnya atau alamat rumahnya di mana, pekerjaannya apa dan lain-lain. sepertinya dia tak ingin membicarakan hal-hal seperti itu. hanya nasehat-nasehat agama yang selalu keluar dari bibirnya dan sampai saat ini akupun merasa belum perlu bertanya hal-hal seperti itu. paling kalau ada tetangga bertanya siapa yang menginap di rumahku, ku jawab teman lama.
     suatu ketika ibu mengeluh encoknya kumat lagi. bagiku sudah biasa mendengar keluhan ibu tentang penyakitnya tapi Umar, teman baruku menanggapinya dengan serius.
     "sudah lama bu, sakit seperti ini?" tanyanya dengan mimik serius
     "sudah lama. tapi kadang sembuh, kadang kumat lagi"
     "An, tolong belikan silet satu pak"
     "silet? buat apa?"
     "untuk mengobati ibumu. lekaslah"
Aku menurut. aku baru tahu kalau lelaki ini bisa mengobati juga
     "ini siletnya" ucapku sambil menyerahkan satu pak silet yang tadi ku beli di warung. lelaki yang ku kenal namanya Umar itu membuka bungkus silet satu persatu. sementara ibu duduk di lantai dengan khusu. siap mengikuti terapi pengobatan Umar.
satu persatu silet yang sudah tak terbungkus itu di tumpuk jadi satu kemudian...jantungku hampir berhenti berdetak ketika melihat Umar memasukan tumpukan silet itu ke mulutnya lalu terdengar bunyi gemertak seperti orang makan kerupuk. entah bagaiman caranya silet itu masuk ke perut Umar tanpa melukai lidah, mulut, kerongkongan dan perut umar sendiri. beginikah keistimewaan yang Allah berikan untuk orang-orang yang ahli ibadah seperti Umar? Aku tak tahu. aku sangat awam tentang agama.
     lalu Umar mengangkat tangannya memegang kapala ibu. tak jelas apa yang ia baca tapi bibirnya komat kamit, sedetik kemudian tangannya bergetar lalu tangannya bergerak menangkap sesuatu. entah apa yang ia tangkap itu.
     "bagaimana bu, apa masih sakit?" tanya Umar setelah menyelesaikan ritual pengobatannya
     "alhamdulillah sudah mendingan" jawab ibu gembira. Aku menatap ibu tak percaya. benarkah sakit encok yang sudah lama ia rasa bisa sembuh hanya dengan ritual seperti itu atau hanya sugesti ibu saja?
     berita tentang kehebatan teman baruku Umar yang bisa mengobati orang dengan cara memakan silet terlebih dahulu sebelum melakukan ritual pengobatan langsung menyebar kemana-mana. ada beberapa orang yang datang untuk berobat. bermacam-macam keluhan yang di hadapi orang tapi Umar mengobatinya dengan cara yang sama kecuali untuk satu orang pasien wanita, dia datang bersama ibunya. keluhannya susah dapat jodoh. aneh juga, gadis begini manis mengeluhkan susah dapat jodoh. atau mungkin kriteria yang di cari terlalu tinggi.
     si gadis di suruh masuk ke kamar tamu yang selama ini di pakai untuk tidur Umar. lalu si gadis di suruh tiduran di kasur. Aku dan ibu si gadis menunggu di luar. dia orang yang soleh, tak pantas aku mencurigainya.
     kebersamaanku dengan Umar mulai berkurang ketika orang terkaya di daerahku, haji Mukti meminta Umar mengobatinya secara intensif. sejak itu Umar tinggal di rumah haji Mukti, hanya sesekali saja ketemu denganku kalau kebetulan kami sama-sama sholat di masjid. Dan sampai detik ini aku belum tahu di mana alamat rumahnya, apa pekerjaan dia sesungguhnya dan lain-lain. sampai kemudian ku dengar dari orang-orang kalau Umar telah membawa kabur uang dan perhiasan keluarga haji Mukti ,bahkan ada juga yang bilang kalau Umar telah menodai anak pak haji setelah sebelumnya mengatakan kalau anak pak haji yang memang sangat cantik itu mau di pelet orang. dengan dalih pengobatan Umar berhasil meniduri gadis itu tanp perlawanan.
                                                                               ***

     "jadi saudara tidak mengenal Sudibyo atau Umar sebelumnya?"
     "ya pak"
     "Dia buronan kami sejak satu tahun yang lalu. dia pernah menipu keluarga cina yang baru masuk islam. berpura-pura membimbing mereka tentang ajaran islam. berpura-pura bisa mengobati anak mereka tapi kemudian menidurinya lalu pergi dengan membawa uang dan perhiasan keluarga itu"
Aku tersentak. bagaimana mungkin lelaki yang bibirnya senantiasa keluar nasehat-nasehat agama, yang selalu mengajakku sholat berjamaah, tak lebih dari seorang penipu!

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda