Jumat, 13 April 2012

JEBLOG

     "Bapak tidak setuju kamu menikah dengan Bowo. putuskan hubungan kalian sekarang juga"
     "cuma karena saya dan mas Bowo lahir di hari yang sama?" tanya Dian meradang
     "ya. itu namanya jeblog. kalau di teruskan orang tuamu atau orang tuanya bisa meninggal" jawab sang Bapak tegas.
     "itu pikiran kuno, tahayul, musyrik"
     "itu ajaran leluhur nenek moyang  kita"
Dian mendesah. ucapan bapaknya kembali terngiang-ngiang di telinganya. angin senja yang spoi-spoi menerbangkan rambut Dian, sebagian menutupi wajahnya yang manis. sementara burung-burung pipit  berpesta pora pada bulir-bulir padi ketika sang petani tak menjaga sawahnya. dengan tatapan sedih  di pandanginya sang pujaan hati yang sedang menyelesaikan siraman terahir pada tanaman bawang majikannya.
     "Bapak tidak merestui hubungan kita mas" ucap Dian sedih  saat sang pujaan hati telah duduk di sampingnya
     "masih alasan yang dulu?" tanya Bowo lemah
     "ya. hari lahir kita sama. itu namanya jeblog dalam perhitungan jawa" jawab Dian putus asa
     "mungkin ada alasan lain yang beliau sembunyikan?"
     "maksud mas?"
     "mungkin karena aku petani miskin yang tidak punya sawah sendiri dan hanya menjadi kuli pada orang lain?" tanya Bowo getir
     "aku tidak tahu mas"
beberapa saat mereka terdiam dalam lamunannya masing-masing. betapa cinta tak selalu mendatangkan kebahagiaan. kadang kepedihan, kesedihan yang justru di rasakan. namun tak pernah ada orang yang benar-benar jera pada cinta karena kehadiran cinta datang bukan karena di undang.
     "lebih baik hubungan kita sampai di sini saja" ucap Bowo tanpa memandang gadis di sampingnya
     "maksud mas?" tanya Dian seakan tak percaya dengan yang di dengarnya
     "ya untuk apa di lanjutkan kalau memang tidak bisa bersatu" jawab Bowo lemah seakan sebagian jiwanya entah terbang kemana
     "mas mau meninggalkan aku?"
     "kita tidak saling meninggalkan hanya memang tidak usah di lanjutkan"
ahirnya Dian mengangguk walau kemudian tetesan air bening membasahi pipinya.
                                                                            ***

     "keputusan Bapak sudah mantap. kamu harus menikah dengan Somad, anak teman bapak dari desa tetangga"
Dian tak menjawab. hanya air matanya yang terus membasahi pipi. dalam tradisi di keluarganya, anak perempuan  anak perempuan tidak boleh memilih dalam soal jodoh. semua pilihan tergantung orang tua terutama Bapak. percuma melawan. dua kakak perempuannya sudah pernah mencoba namun tetap saja ahirnya menikah dengan pilihan sang Bapak
     "kenapa Bapak memilih dia?" tanya Dian dalam keputusasaannya
     "orang tuanya punya banyak sawah yang akan membuat kalian tidak akan kekurangan makan. selain itu kamu lahir hari rabau dan dia hari minggu. perpaduan hari yang baik yang akan membuat hidup kalian makmur di kemudian hari.
                                                                                ***

     Dian menatap suaminya yang tertidur dengan perasaan hancur. untuk pertama kalinya dia melihat suaminya pulang tengah malam dalam keadaan mabuk. rupanya tak tahan menghadapi kesulitan hidup membuatnya melarikan diri pada minuman keras. padahal lima tahun lalu ketika mertuanya meninggal mereka mendapat warisan sawah yang sangat banyak. tapi karena sang suami yang sejak dulu tidak mau bekerja di sawah dan hanya mengandalkan hidup dari orang tuanya, tidak bisa mengurus sawah-sawah itu. terpaksa sawah-sawah itu di sewakan pada orang lain namun karena hasil sewa sawah itu tidak seberapa, sedikit demi sedikit sawah-sawah itu di jual untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari hingga kini habis tak tersisa.
     "asssalamualaikum"
ketukan pintu dan ucapan salam dari luar menyadarkan lamunan Dian. ketika tahu yang datang Bapaknya ia segera mencium tangan sang bapak dan mengajaknya masuk. di ruang tamu sang bapak tertegun. di ruangan itu tak ada benda apapun. mebel, lemari, televisi, entah menghilang kemana. dia memang sering mendengar dari orang kalau sang menantu yang tidak mempunyai penghasilan sering menjual barang-barang di rumah untuk kebutuhan sehari-hari. tapi saat melihat sendiri ruangan itu kosong tanpa perabotan apapun membuat hatinya terenyuh.
     "bagaimana kabarmu nak?" tanya sang bapak sambil menatap putrinya yang kini jauh lebih kurus dan kelihatan lebih tua dari umur sebenarnya.
     "baik pak" jawab Dian sambil mencoba tersenyum. semua telah terjadi. tak ada gunanya menangisi keputusan bapak yang dulu telah menjodohkannya.
     "ibumu sakit nduk. dia kangen kamu. kalau bisa pulanglah sekarang untuk melihatnya"
hari itu setelah dengan terpaksa membangunkan sang suami untuk minta ijin, Dian ikut pulang bersama bapaknya.
     "ibu, ini Dian. ibu sakit apa?" tanya Dian ketika melihat ibunya terbaring lemah di ranjang. sang  ibu membuka mata lalu menggenggam tangan putrinya dengan erat
     "maafkan bapak dan ibu yang telah menjodohkanmu nak" ucap sang ibu dengan berlinangan air mata. di tatapnya putrinya dengan pandangan iba. anaknya kini sangat kurus. menggambarkan betapa sengsara hidupnya sekarang
     "sudahlah bu, semua sudah terjadi. tak ada yang perlu di sesali lagi" ucap Dian sambil tersenyum berusaha menyembunyikan perasaannya yang getir.
Dian tahu setahun setelah dia menikah, Bowo juga menikah dengan seorang gadis yang hari lahirnya kebetulan sama dengan hari lahir Bowo tapi karena orang tua mereka tidak mempercayai jeblog pernikahan itu terjadi juga.
     Bowo yang sejak remaja telah mengurus tanaman bawang milik haji Muklis, menerapkan keahliannya dengan menanam bawang sendiri di lahan sawah orang yang ia sewa. karena keahlian menanam dan merawat bawang yang sudah mendarah daging, tanaman bawangnya selalu panen dengan sangat memuaskan. kini Bowo telah menjadi saudagar bawang yang kaya raya.


*hikmah yang ingin penulis sampaikan dalam cerita ini adalah
1. banyak pasangan yang sukses walau hari lahir mereka sama alias jeblog (baca 'jeblog kepercayaan yang mulai terkikis')
2. sebanyak apapun warisan yang di dapat kalau tidak bisa mengelolanya lambat laun akan habis juga. canda pelaku ekonomi, ada tiga generasi yang berhubungan dengan perusahaan. generasi pertama mendirikan perusahaan. generasi ke dua mengembangkan perusahaan. generasi ketiga menikmati dan membangkrutkan perusahaan.
3. letak kesuksekan Bowo adalah  pada keahlian dan keuletannya  dalam menanam bawang. keahlian memang modal yang sangat berharga dalam mencapai kesuksesan

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda