Kamis, 16 Februari 2012

Mantra Asmara

     prang. prang. dua buah piring di banting Ani. pecahan beling berserakan di mana-mana. untunglah anak mereka belum pulang sekolah sehingga tidak melihat pertengkaran mereka.
     "sampai kapanpun aku tak rela jadi istrimu. dengar itu!" bentak Ani pada suaminya. Ani berlari ke kamar lalu menangis sesunggukan.
Rudi memunguti pecahan beling satu persatu lalu membuangnya ke tempat sampah. untuk meyakinkan tak ada beling yang tersisa di sisirnya sekali lagi tempat itu dengan sapu. setelah yakin tak ada lagi pecahan beling, Rudi masuk kamar. perlahan dia duduk di kasur di mana Ani sedang menangis sesunggukan.
     "maafkan Mas, An. mas mencintai kamu tapi mas tidak yakin kamu mau menerima cinta mas. terpaksa dulu mas memelet kamu"
sudah berulang kali Rudi mengutarakan penyesalannya tapi Ani tak menghiraukan.
     Ketika menikah dengan Rudi, Ani memang dalam pengaruh ilmu pengasihan mantra asmara. Rudi yang memeletnya lewat lelaku puasa mutih tujuh hari di sambung puasa pati geni satu hari satu malam namun setelah anak mereka masuk sekolah Rudi merasa hambar dengan perhatian dan kasih sayang Ani. dia sadar perhatian dan kasih sayang Ani tidak murni keluar dari dalam hatinya tapi akibat pengaruh mantra asmara yang masih ia rapalkan tiap malam.
     seminggu yang lalu Rudi memutuskan untuk menghentikan pengasihan mantra asmara. tiap malam dia tidak pernah membaca mantra itu lagi dan ketika kesadaran Ani mulai pulih, dia berterusterang di depan Ani kalau dulu dia memelet Ani hingga menikah dengannya. Ani murka besar. ia merasa telah di bohongi, bukan cuma itu ia merasa Rudi telah menghancurkan masa depannya, menghancurkan kebahagiaannya untuk menikah dengan lelaki yang benar-benar ia cintai.
     "kamu boleh memaki mas, membenci mas tapi percayalah mas benar-benar mencintai kamu"
Ani tetap diam  tapi tangisannya sudah reda.
                                                             *    *

     Setelah pengakuan Rudi, Ani bukan hanya sering mengamuk tapi dia juga sering mengurung diri di kamar. makanan yang di sediakan Rudi tak pernah di sentuhnya. praktis Rudilah yang berperan ganda. sebagai suami yang menafkahi keluarga juga sebagai ibu yang memandikan anak mereka dan mengantarnya  ke sekolah lalu memasak nasi, mencuci baju, baru setelah semua selesai, Rudi berangkat ke konter hp nya.
     seminggu setelah aksi mogok makan, Ani jatuh sakit. tubuhnya demam. di depan tubuh Ani yang terbaring lemah, Rudi berkata sambil berurai air mata
     "Ani, maafkan mas"
Ani tetap diam. matanya menerawang ke atas tanpa menoleh Rudi.
     "An, jika kamu ingin berpisah dengan Mas, akan mas lakukan" Rudi mulai menangis sesunggukan. Ani menoleh
     "tapi kamu harus sehat dulu ya An. setelah kamu sehat kita urus perceraian kita baik-baik"
Ani mengangguk. di matanya mulai ada binar kebahagiaan. Rudi benar dia harus sehat, mengurus perceraian lalu menjalani kehidupannya sendiri. kelak ia akan berumah tangga dengan lelaki yang tulus mencintainya dan iapun benar-benar mencintai lelaki itu.
     "sekarang kamu makan dulu ya. terus minum obat biar cepat sembuh"
Ani mengangguk lagi. tak apalah menerima kebaikan Rudi sekali ini.
Rudi menyuapi Ani sedikit demi sedikit. mengambilkan air lalu membantu Ani minum. setelah Ani menolak suapan itu lagi dan mengatakan sudah kenyang, Rudi mengambil obat lalu membantu Ani meminum obat itu.
     "nah sekarang tidur ya An, mas mau beres-beres dulu"
Ani tak menjawab. sebaik apapun Rudi padanya tak akan menghilangkan kebenciannya pada Rudi. betapa muak kalau ingat beberapa tahun sudah ia melayani lelaki itu di tempat tidur, mempersembahkan kesuciannya sampai kemudian ia punya anak yang berarti lahir bukan dari  perpaduan dua insan yang tulus mencintai tapi dari hasil penipuan, memanipulasi hatinya dengan ilmu pengasihan hingga ia rela jadi istrinya.
   
     Pagi datang membawa harapan. dengan wajah yang tampak segar Ani menuju rumah astuti, temannya yang bercerai tahun lalu. ia butuh informasi sebanyak-banyaknya tentang pengurusan perceraian, apa yang harus di siapkan saat sidang dan lain-lain.
     "aku ngga nyangka kamu mau cerai" ucap Astuti heran saat Ani bercerita keinginannya bercerai.
     "memang alasan perceraiannya apa? itu nanti di tanyakan lho saat sidang. kalau alasan kita lemah biasanya hakim menyuruh kita untuk berdamai"
Ani termenung. haruskah ia jujur kalau alasannya karena ia dulu di pelet Rudi?
     "mas Rudi punya wanita lain?"
     "oh ngga bukan karena itu"
harus Ani akui tujuh tahun berumah tangga dengan Rudi tak pernah Rudi lirik-lirik wanita lain, apalagi sampai selingkuh. dia lelaki yang sangat setia. duh betapa bencinya Ani mengakui itu.
     "atau barangkali kamu yang punya lelaki lain? maaf  lho An"
buru-buru Ani menggelengkan kepala
     "kalian sering bertengkar? atau mas Rudi sering berbuat kasar padamu? selidik Astuti lagi.
lagi-lagi Ani menggeleng. tak pernah Rudi menyakitinya baik dengan ucapan atau kekerasan fisik. kalau ia marah, Rudi yang selalu mengalah
     "terus alasannya apa?"
     "dia memeletku"
keluar juga pengakuan dari bibir Ani
     "dari mana kamu tahu?"
     "dari mas Rudi sendiri"
Astuti terdiam sesaat
     "aku kira alasan ini tidak mungkin di terima hakim. susah membuktikan seseorang di pelet atau tidak.sebenarnya apa yang kamu harapkan setelah kalian bercerai?"
     "aku ingin mendapatkan kebahagiaanku, menikah dengan lelaki yang benar-benar ku cintai"
Astuti termenung lagi.
     "kalau menurutku sebaiknya kamu pikirkan lagi rencana itu jangan sampai menyesal kemudian"
     "memang kenapa? ada yang salah dengan niatku?"
     "kamu lihat aku. sebelum menikah dengan mas Angga kami telah pacaran tiga tahun. kami menikah atas dasar sama-sama cinta tapi ternyata setelah lima tahun berumah tangga, dia kegoda wanita lain. zaman sekarang mungkin 90% pernikahan terjadi karena saling cinta. di dahului pacaran sekian lama tapi toh banyak di antara mereka yang bercerai juga. cinta saja tak cukup untuk melanggengkan sebuah rumah tangga dan bagi kita kaum wanita lebih baik menikah dengan lelaki yang selalu mencintai kita dari pada menikah dengan lelaki yang selalu kita cintai tapi cintanya sendiri pada kita hanya sementara"
ucapan Astuti begitu mengena di hati Ani. ia teringat dengan segala kebaikan Rudi. Rudi yang begitu menyayangi dirinya dan anak mereka. Rudi yang tidak pernah marah bahkan saat ia mencacinya, memecahkah barang-barang di rumah, Rudi yang tidak pernah tergoda wanita lain...
     "mas Rudi, ijinkan aku belajar mencintaimu dengan cinta yang datang dari hatiku sendiri"  ucap Ani dalam hati

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda