Kamis, 01 Maret 2012

KULIT WESI

     Pagi datang membawa harapan. sementara mentari menyinari bumi tanpa meminta balas budi. anak-anak berseragam dari SD sampai SMU mulai terlihat berangkat ke sekolah masing-masing. dan di antara anak-anak berseragam itu ada Ardi, anak kelas satu smp dengan tubuh kurus kecil seperti kurang gizi. dari rumahnya di sebuah kampung kumuh di wilayah Jakarta Ardi harus berjalan setengah kilo ke sekolahnya. sebenarnya ada angkot yang melewati sekolahnya tapi jika ia naik angkot ia tak punya uang yang untuk jajan.
     jantung Ardi berdetak kencang ketika dari kejauhan melihat Bimo dan teman-temannya berdiri di pinggir jalan, memalaki siswa lain yang lewat. sudah sering Ardi di palak Bimo dan teman-temannya. jika tidak di beri Bimo dan teman-temannya tak segan memukul. terpaksa Ardi memberikan uang sakunya. karena itu saat haus terpaksa ia minum air kran di mushola sekolahnya.
     "sini kamu, manu duitnya?" bentak Bimo ketika melihat Ardi lewat di depannya.
     "nggak ada. hari ini aku ngga di kasih uang jajan" ucap Ardi memelas
     "jangan bohong kamu"
dengan kasar Bimo memeriksa saku Ardi tapi tak ada uang sepeserpun di saku baju maupun saku celana Ardi. lalu  di rebutnya tas Ardi dengan paksa. tapi tetap tak ada uang di tas itu. kemudian dengan seenaknya di lemparkannya tas itu ke muka Ardi.
     "dasar gembel. pergi sana" bentak Bimo sengit. dengan gontai Ardi melangkah pergi. ternyata bukan hanya di smp, di smu pun Ardi yang tubuhnya tetap kecil di banding anak seusianya selalu jadi sapi perahan anak-anak lain.
                                                                         ***

     Ardi terlihat lemas. sejak bertekad memiliki ilmu kulit wesi, agar tubuhnya tidak mempan pukulan dan senjata tajam, sudah tiga hari yang lalu dia puasa yang kemudian di lanjutkan dengan puasa pati geni, tidak makan tidak,tidak minum, tidak tidur dan tidak keluar ruangan sehari semalam. tapi tekadnya sudah membaja untuk memiliki ilmu itu, apapun resikonya. cukup sudah ia di remehkan, di jadikan sapi perahan.
     sering di palak ketika smp dan smu memang pengalaman menyakitkan tapi bukan itu yang membuat ia bertekad memiliki ajian kulit wesi. justru pengalaman pahit yang membekas di hatinya setelah lulus smu, saat pertama ia mencintai dan di cintai seorang wanita, wulan namanya. namun ternyata Wulan yang sudah resmi jadi pacarnya di cintai Atmo dan Atmo yang di kenal sebagai ketua preman memaksa Ardi meninggalkan Wulan. tentu saja Ardi dan Wulan menolak tapi datanglah teror dari Atmo dan anak buahnya. setiap pulang dari rumah Wulan, Ardi di cegat dan di pukuli. Ardi ingin bertahan tapi Wulan tak tega melihat Ardi yang terus menerus di teror dan di jadikan bulan-bulanan Atmo dan anak buahnya ahirnya memilih merantau ke lain kota. meninggalkan Ardi yang walaupun tidak di ganggu Atmo lagi merasa tak lagi punya harga diri. jangankan melindungi kekasihnya, melindungi diri sendiripun tak bisa.
     ahirnya dengan susah payah Ardi berhasil menyelesaikan ritual terahirnya. perlahan Ardi bangkit lalu melangkah ke meja. di ambilnya silet di meja yang sudah dia siapkan. kemudian silet itu di goreskan ke lengannya. sreet. sreet. ajaib tak ada luka sedikitpun di tangan Ardi.
di letakannya kembali silet itu. di ambilnya pisau tajam mengkilap. dan di sabetkannya pisau ke tangan dan.. bret bret.. beberapa kali pisau menyanyat tangan namun tak ada luka di kulit itu.
                                                                             ***

     malam datang membawa dendam. setan-setan menari di hati yang penuh ambisi mengajak manusia melampiaskan kemarahan dan Ardi salah satu insan yang  mengikuti tarian setan. bertahun hidup dalam ketidak berdayaan kini tiba saatnya mengagungkan kejantanan.
     seorang diri Ardi melangkah menuju tempat di mana Atmo dan anak buahnya biasa berkumpul. tak ada rasa takut sedikitpun di hatinya.
dari jauh salah satu anak buah Atmo melihat kedatangan Ardi.
     "bos ada si ceking saingan lu tuh" ucap seorang anak buah Atmo sambi menunjuk Ardi yang makin mendekat. Atmo tertawa lebar. ia merasa menemukan sesuatu yang bisa ia gunakan melampiaskan kejengkelannya karena sejak tadi kalah berjudi.
     "hai ceking, sini lu" bentak Atmo pada Ardi. Ardi tak berkata apa-apa. dengan tenang ia mendekati Atmo.
sedetik kemudian Atmo melayangkan pukulan ke tubuh Ardi.
bug. 'aduh'. seseorang mengaduh, menyeringai kesakitan tapi bukan Ardi. yang kesakitan justru Atmo yang tangannya kesakitan karena merasa memukul tembok dan belum hilang keheranannya sebuah pukulan tangan, tapi yang Atmo rasakan pukulan dari godam besi menghantam mukanya. bug. Atmo langsung ambruk, pingsan. anak buah Atmo yang melihat pimpinannya ambruk segera mengepung Ardi. beberapa orang malah telah mencabut belati dan celurit.
     "mampus kamu ceking" teriak seorang pemuda berambut gondrong sambil menebaskan celuritnya. tebasan celurit itu mengarah ke leher namun Ardi tidak berusaha menangkis atau menghindar.
prak. celurit mengenai leher Ardi dengan telak namun semua terpana, celurit itu tidak melukai Ardi sedikitpun.
dengan di liputi penasaran, seorang pemuda yang memegang belati menusukan belati itu ke dada Ardi. sekali lagi Ardi tidak menghindar dan belati itu tepat mengenai dada Ardi namun lagi-lagi tak ada kulit yang terluka. sebelum mereka menyadari keadaan, pukulan Ardi yang bagai godam besi menghantam si rambut gondrong hingga terjungkal dan pingsan. melihat kejadian itu anak buah Atmo yang tersisa menjatuhkan diri berlutut mengaku kalah.
     Dua bulan berlalu. Ardi tidak lagi di kenal sebagai lelaki ceking yang lemah. kini, walau tubuhnya tetap ceking, ia jadi ketua preman yang paling di takuti dan ironisnya dia lebih kejam di banding Atmo. ia menyuruh anak buahnya meminta jatah keamanan pada warung, diskotik, rumah makan, bengkel dan tempat usaha apapun yang ada di wilayah kekuasaannya. anak buahnya semakin banyak. namun bukan berarti ia tak punya musuh. preman-preman lain yang merasa lahan bisnisnya di rebut Ardi sedang menunggu kesempatan untuk menyingkirkan Ardi.
Ardi sangat menikmati profesinya sebagai ketua preman. bukan hanya materi yang bisa Ardi dapatkan dengan mudah, kehangatan wanitapun bisa ia dapatkan kapan saja karena pekerja seks yang beroperasi di wilayahnya akan dengan suka rela melayani Ardi kapanpun Ardi mau dan keadaan itu membuat tak ada sedikitpun keinginan di hati Ardi untuk menikah, membentuk sebuah rumah tangga dan memiliki keturunan.
                                                                              ***

     Roda kehidupan terus berputar. kadang menenggelamkan orang yang jaya menjadi miskin papa, mengangkat nasib orang miskin yang di kehendaki menjadi orang kaya.membuat yang muda menjadi tua, tak berdaya di makan usia. pun orang yang memiliki kesaktian tak bisa melawan waktu. tak beda dengan yang lain, umurnya bertambah tua dan kemudian lemah tak berdaya
     Di sudut kampung, di dekat tumpukan sampah, seorang lelaki tua duduk terpekur. tubuhnya kurus kecil. pakaiannya kumal. nyata sekali hidupnya tak terurus. dialah Ardi lelaki dikjaya yang kini rapuh di makan usia. kedudukannya sebagai ketua preman telah di rebut jagoan baru yang masih muda. tubuh tuanya memang tak lagi mampu di ajak melakukan puasa dan tirakat untuk mempertahankan kesaktiannya. kini ia sebatangkara. tak ada yang merawatnya di saat tua dan tak berdaya.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda