Jumat, 24 Februari 2012

Teror Kolor Ijo

     Pagi itu tak seperti biasa. tak ada kesibukan apa-apa di sawah. tak ada orang yang ngangon sapi, tak ada yang mencari rumput. pagi itu sebagian penduduk berkumpul di rumah Narti, janda muda yang baru 3 bulan di tinggal mati suaminya. mereka ingin memastikan kalau berita yang mereka dengar bahwa semalam Narti hendak di perkosa mahluk yang cuma memakai kolor warna hijau benar. warga yang tidak bisa masuk ke dalam rumah Narti hanya duduk-duduk di luar sambil membahas kejadian itu dengan penduduk lain.
Narti sendiri masih tampak sock. ada bekas cengkraman tangan di lengan Narti yang masih tampak kemerahan.
     "sebenarnya mahluk apa yang hendak memperkosa kamu Narti?" tanya seorang wanita setengah baya yang berbadan gemuk.
     "ndak tahu mbok. waktu itu saya terbangun karena mendengar suara berisik. lalu tiba-tiba ada sosok laki-laki tinggi besar, kulitnya hitam, cuma memakai kolor warna hijau. lalu....." Narti tak sanggup melanjutkan ceritanya. ia masih sangat sock
sementara di luar rumah Narti penduduk masih membahas kejadian itu.
     "kira-kira siapa yang hendak memperkosa Narti? maksudnya manusia atau bukan ?" tanya Somad pada teman-temannya
     "mungkin jin laki-laki yang kesepian yang ndak laku sama jin wanita dari kalangannya" jawab Darto asal. Darto memang di kenal orang yang suka bercanda. suasana seserius apapun tak pernah membuatnya lupa mengeluarkan joke-joke segar.
     "menurutku itu ulah orang yang lagi ngelmu" ucap Wanto lebih serius
     "atau orang yang lagi nyari pesugihan.." timpal Wirya tak kalah seriusnya
     "kalau benar orang itu lagi ngelmu atau mencari pesugihan berarti dia akan nyari korban lagi"  gumam Somad serius dan teman-temannya mengangguk setuju.

     Suatu malam, ketika penduduk desa masih hangat membicarakan kasus Narti, penduduk di kagetkan suara teriakan minta tolong. beberapa penduduk yang sedang ronda segera memukul pentungan sambil berlari ke arah sumber suara yang minta tolong itu.
     "mbok Darmi, ada apa mbok?"
mbok Darmi masih terpaku. tak di jawabnya pertanyaan beberapa penduduk yang sudah ada di dekatnya. matanya menatap ke depan dengan penuh ketakutan.
ketika mbok Darmi masih saja sock, seseorang mengambil air putih lalu menyorongkan gelas air minum itu ke mbok Darmi.
     "minum dulu mbok"
setelah minum mbok Darmi kelihatan mulai tenang walau raut ketakutan masih tergambar dari wajah tuanya.
     "ada apa si mbok?" tanya Somad yang malam itu ikut ronda
     "tadi mbok liat orang tinggi besar. kulitnya gelap. hanya memakai celana kolor." jawab mbok Darmi terbata-bata
     "di mana mbok melihatnya?" tanya penduduk lain tak sabar
     "tadi mbok liat di belakang rumah ijah. pas mbok teriaki sosok itu lari ke sana"  ucap mbok Darmi sambil menunjuk satu arah. di tempat yang wanita tua itu tunjuk memang masih banyak pohon-pohon tumbuh sehingga memungkinkan untuk seseorang bersembunyi. dan di belakang pekarangan yang kosong  itu ada kuburan tua. tak ada penduduk yang tahu jasad siapa yang di makamkan di sana.
     "ayo kita kejar si kolor ijo itu" ucap Somad berapi-api. maka wargapun menyisir ke arah yang mbok Darmi tunjuk. namun sekian lama mereka mencari tak juga mereka temukan sosok misterius itu. hingga banyak yang beranggapan kolor ijo memang jin yang menjelma menjadi wujud manusia, atau manusia jadi-jadian.
     sejak kejadian itu hampir semua rumah penduduk memasang jimat. jimat itu mereka tempel di pintu depan. ada yang memasang bambu kuning beruas dempet, ada yang menggantungkan daun kelor dan ada juga yang menempelkan tulisan umarul faruq di pintu. tulisan umarul faruq itu di tulis dengan hurup arab. seperti kita tahu umar adalah sahabat nabi yang bukan hanya di takuti musuh dari kalangan manusia tapi juga di takuti musuh dari kalangan setan atau jin. mungkin harapan warga setan akan takut masuk rumah itu setelah membaca nama umar yang tertempel di pintu.
                                                                     ***

     suatu siang di balaidesa, lurah Karjo mengumpulkan penduduk untuk berunding cara mengatasi kolor ijo. selain warga hadir juga carik Sidik dan Karyoto, ketua hansip.
     "mulai nanti malam kita harus memperketat keamanan kampung kita. jumlah petugas ronda harus di tambah, kalau perlu tiga kali lipat dari hari biasa, agar tidak ada lagi warga kita yang jadi korban."
     "betul pak lurah. jangan sampai ada korban lagi" jawab Somad mewakili teman-temannya
     "maaf pak lurah. apa tidak kita coba cara lain, seperti minta bantuan orang pinter. karena sepertinya yang kita hadapi bukan manusia biasa. jangan-jangan sejenis genderwo" ucap carik sidik yang langsung di dukung warga.
     sementara di tempat lain, di rumah ustad Agus sedang berkumpul tiga orang. yang pertama ustad Agus sendiri. yang lain Anto dan Zaenal. dua anak muda yang beruntung karena bisa melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi lewat biasiswa. padahal kebanyakan warga di situ hanya lulusan smp.
     "sudah saya tanyakan pada warga pak ustadz, benar banyak warga yang sudah meninggal atau pindah ke lain daerah tapi di cantumkan sebagai penerima dana bantuan langsung tunai,BLT. semuanya ada 15 warga dan pak lurah sendiri yang mencairkan dana untuk ke 15 warga itu." ucap Anto yang di tugasi untuk mencari bukti penyelewengan-penyelewengan dana yang di lakukan lurah mereka.
     "sudah di dapat bukti otentik atau kesediaan warga untuk bersaksi?" tanya ustadz Agus
     "dulu sudah ada yang bersedia jadi saksi tapi sekarang penduduk sedang di hebohkan kolor ijo, mahluk yang selalu hendak memperkosa kaum wanita"
ustadz Agus tersenyum penuh arti
     "lurah Karjo sangat cerdik. dia sudah mencium kalau kita mau membongkar sekandal BLT dan dana-dana lain. dengan adanya kasus kolor ijo tak ada satupun warga yang mengungkit BLT dan dana-dana lain itu, selain kita"  ucap ustadz Agus geram
     "jadi menurut ustad, kolor ijo ada yang mensekenario?" tanya Anto hampir tak percaya. ustad Agus mengangguk mantap.
     Di balai desa, ketika warga yang ikut rapat sudah membubarkan diri, lurah Karjo menepuk-nepuk pundak carik Sidik sambil berkata: "sandiwara yang hebat. dengan begitu mereka akan percaya kolor ijo itu benar-benar ada"
lurah Karjo, carik sidik dan hansip Karyoto tertawa.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda