Kamis, 17 Mei 2012

SUSUK

     "jadi?"
     "ga tahu nich, takut"
ya aku memang takut. sejak Silvi memberi solusi untuk memasang susuk, aku memang maju mundur. maju, kalau ingat tawaran manggung benar-benar sepi. biasanya dalam sebulan minimal bisa manggung empat kali. dulu malah hampir seminggu dua  atau tiga kali manggung tapi sekarang satu bulan bisa manggung satu kali saja sudah untung. sebagai penyanyi dangdut, penghasilanku tergantung seberapa sering aku manggung dan seberapa royal penonton yang berjoged denganku memberi saweran. kalau ingat keadaan ini ingin rasanya menuruti saran Silvi untuk pasang susuk. tapi entahlah..aku masih takut untuk pasang susuk. ada yang bilang pasang susuk itu haram. ada yang bilang matinya susah. malah ada yang bilang rohnya tidak di terima bumi. hi serem.
     tapi ketika tiga bulan berlalu tanpa job sama sekali, akupun bertekad untuk memasang susuk. tak perduli itu syirik, matinya susah. toh hidup sekarang tanpa job juga susah. dari mana buat makan sehari-hari. buat bayar kontrakan, biaya sekolah adik di kampung, beli kosmetik...
     "yakin nich?" tanya Silvi ketika aku minta di antar ke dukun yang ahli pasang susuk.
     "apa boleh buat. bisa jadi gembel aku kalau tidak manggung-manggung"
     rumah dukun itu ada di sebuah desa yang sangat terpencil. jalannya hanya bisa di lalui kendaraan roda dua, itupun harus hati-hati karena banyak lubang di sana sini.
malam telah gelap ketika kami ahirnya sampai juga di rumah dukun susuk itu. hanya ada suara jangkrik yang terdengar.
     duduk di ruang kerja si dukun susuk aku seperti berada dalam film-film horor era 70an. dinding rumah ini penuh dengan benda mistik. ada keris yang di pajang sejajar dengan tombak kecil bergangang kepala tengkorak. ada juga boneka kecil berambut panjang. pernah ku lihat benda seperti itu di majalah supranatural, katanya itu jengglot, pertama sakti yang tubuhnya mengecil karena kesaktiannya. masih banyak benda-benda lain yang aku tidak tahu nama dan kegunaannya.
     "mau pasang susuk di mana?" tanya dukun itu yang membuatku tergagap karena aku memang tidak punya bayangan akan memasang susuk di mana. melihat aku gelagepan lelaki itu tersenyum. senyum yang mengerikan sebenarnya karena gigi dukun itu hitam-hitam.
     "tujuan pasang susuk supaya apa?"
     "saya penyanyi mbah. saya ingin biar sering dapat panggilan manggung"
lelaki itu mengangguk-angguk.
     "kalau begitu pasang susuk di bibir saja biar suaranya merdu. biar penonton kangen dengan suara kamu"
     "terserah mbah saja"
lalu di mulailah proses pemasangan susuk. tidak lama hanya beberapa detik. lelaki itu hanya mengambil benda kecil yang bersinar yang katanya berlian lalu benda itu di tempelkan di bibirku dan sret tiba-tiba benda itu menghilang. masuk ke bibirku kata si dukun.
     Minggu pertama setelah memasang susuk itu aku mendapat job. menyanyi di sebuah acara ulang tahun kabupaten. setelah pasang susuk itu aku begitu percaya diri dan dengan rasa percaya diri yang besar ini aku tampil dengan prima. aku seperti punya tenaga gajah dan nafas kuda hingga permintaan penonton yang terus menerus meminta lagu ku penuhi padahal sudah dua jam nonstop aku menyanyi dan bergoyang. lewat dua jam aku turun walau masih banyak yang memintaku membawakan lagu lagi. rasanya dua jam lagi menyanyipun aku masih kuat tapi aku harus berbagi waktu dan rizki pada teman-teman seprofesiku lainnya. dan sejak penampilan itu aku kebanjiran tawaran manggung. tapi setelah penampilan itu malamnya aku bermimpi aneh. sebuah mahluk tinggi besar dengan tubuh penuh bulu menghampiriku.
     "si...siapa kamu?" tanyaku penuh ketakutan
     "aku suami kamu"
     "su...suami?"
     "ya. akulah penunggu susuk yang ada di bibirmu.  tubuhku telah menyatu dengan tubuhmu. karena itu kamu bisa bergoyang dan bernyanyi seharian tanpa lelah. sekarang aku menuntut jatahku"
     "jatah..jatah apa?"
mahluk itu tak menjawab tapi melangkah makin mendekatiku. ku gerakan kakiku tuk berlari tapi tak bisa. ku coba berteriak sekuatnya tapi bibir ini seperti terkunci. ketika aku sudah ada dalam jangkauannya, satu persatu  di sentakannya pakaian yang melekat di tubuhku sampai tak ada lagi yang tersisa.
     aku penyanyi panggung. yang kata orang bisa di ajak kencan, bisa di jadikan istri simpanan. ya memang banyak yang seperti itu. menyanyi hanya sekedar kedok pekerjaan aslinya wanita panggilan tapi aku bukan seperti itu. sekali lagi bukan dan aku masih perawan.
     setelah menuntaskan hajatnya lelaki itu menghilang dan akupun terbangun. untunglah sekedar mimpi,batinku. tapi benarkah ini cuma mimpi? ku perhatikan tubuhku. baju atasku masih utuh melekat di tubuhku tapi ya Tuhan rokku tersingkap ke atas dan aku tidak lagi memakai cd. tidak mungkin.ini tidak mungkin. seumur hidupku tidak pernah aku tidur tanpa memakai cd apalagi yang ku pakai rok bukan celana.
     "begitulah Mbah ceritanya" ucapku setelah menceritakan mimpi aneh yang ku alami pada dukun pemasang susuk. tak ada ekpresi keterkejutan pada wajah lelaki tua itu.
     "mahluk yang datang dalam mimpimu memang penghuni susuk itu. tanpa mahluk itu susuk di bibirmu cuma benda biasa tanpa kekuatan supranatural apapun. mahluk itu yang memperkuat fisikmu hingga kamu mampu bernyanyi dan bergoyang seharian tapi memang tak ada yang gratis di dunia ini dan dia meminta tubuhmu sebagai imbalan" ucap dukun itu tanpa ada beban sedikitpun sementara aku yang mendengarnya di bakar kemarahan.
     "saya ingin melepaskan susuk itu mbah" ucapku mantap
     "sudah di pikirkan matang-matang? kalau melepaskan susuk itu kamu bisa kehilangan semua penggemarmu"
     "tidak apa-apa. saya tetap ingin melepas susuk itu" jawabku mantap. aku tak perduli andai tak ada tawaran manggung sama sekali. kalau dengan melayani mahluk itu aku dapat banyak tawaran manggung apa bedanya aku dengan penyanyi-penyanyi lain yang jadi istri simpanan atau wanita panggilan.

     Senja terasa indah. angin yang bertiup spoi-spoi menambah indah suasana. setelah pelepasan susuk itu aku merasa di lahirkan kembali. memang betul aku tak mendapat tawaran manggung lagi setelah pelepasan susuk itu tapi aku tak perduli.aku tak mau menjadi penyanyi panggung seperti dulu lagi. ku yakin ada banyak kesempatan pekerjaan lain yang bisa ku dapat tanpa harus menggadaikan kehormatan.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda