Senin, 04 September 2006

Angka Sakti

     "hampir saja. hampir saja" Karjo geleng-geleng kepala
     "apanya yang hampir saja to pak?" tanya istrinya sambil membawakan kopi
     "ini lho bu, Bapak pasang empat nomor, cuma penempatannya saja ndak pas. mestinya angka empat di depan, angka enam di belakang. coba kalau naruh angkanya nggak salah, kita sudah dapat uang berjuta-juta bu."
     "kapan sampaian sadar pak? ndak ada orang kaya karena judi. yang ada bandarnya yang kaya, yang pasang seperti bapak tetap saja miskin."
     "Bapakkan seminggu cuma dua kali pasang bu, itu juga cuma pasang lima ribu.."
     "dalam seminggu berarti bapak pasang sepuluh ribu. sebulan empat puluh ribu. setahun empat ratus delapan puluh ribu. sudah berapa tahun bapak pasang nomor dan ndak pernah dapat." potong bu Karjo sengit.
     "tapi sekali dapat kita bisa kaya bu."
kali ini bu Karjo hanya diam. kalau dia lanjutkan membantah sampai sorepun tidak akan selesai.
     "sudah siang pak.. sampean ndak narik becak? kang Sanam ibu lihat dari habis subuh sudah berangkat. dulu sampean bilang kalau pagi rame. banyak anak-anak sekolah berangkat."
     "nanti saja bu, lagi tanggung nih" jawab Karjo sambil mencoret-coret angka pada sebuah kertas kosong. bu Karjo yang melihat itu hanya bisa mengelus dada.
     bu Karjo melangkah ke belakang untuk memasak. namun sesaat kemudian ia tertegun menatap berasnya yang tinggal sedikit, mungkin cuma ada satu gelas, tidak mungkin cukup untuk makan satu keluarga. bu Karjo kembali melangkah ke depan di mana suaminya masih asik mengutak atik nomor.
     "pak berasnya habis"
pak Karjo mengangkat kepalanya tapi cuma sekilas memandang istrinya kemudian asik mengotak-atik nomor lagi.
     "ngutang dulu saja,di warung bu Darmi" jawab pak Karjo acuh.
     "ibu malu pak. hutang-hutang yang dulu saja belum di bayar, masa mau hutang lagi." ucap bu Karjo sengit
     "nanti kalau tembus empat angka,bapak beli sekalian warungnya"
     "halla jangankan empat angka, dua angka saja bapak ndak pernah dapat! mending narik becak pak. hasilnya lebih pasti. lebih halal"
prang! gelas bekas kopi di banting pak Karjo. bu Karjo tersentak. sedetik kemudian menangis.
     "saya sudah ndak kuat pak" ucap bu karjo sesunggukan
     "lalu ibu mau apa?" tanya pak karjo masih dengan nada tinggi
     "saya mau pulang ke rumah ibu. anak-anak saya bawa."
     "terserah kalau itu maumu" jawab pak karjo sambil ngeloyor pergi membawa becaknya. sementara bu karjo sudah mantap untuk pulang ke rumah orang tuanya. dia ihlas hidup miskin karena dari dulu hidup dia dengan orang tuanya juga serba kekurangan tapi itu karena keadaan. sedang kemiskinan yang dia alami saat ini itu karena kebodohan dan kemalasan. kebodohan suaminya yang masih saja tergila-gila dengan pasang nomor dan malas narik becak.
     pak Karjo mengayuh becaknya dengan kesal. beberapa kali hampir saja dia menabrak pejalan kaki, hampir juga becaknya tabrakan dengan sepeda. tak berapa lama sampai juga dia di pangkalan becaknya. di tempat itu sudah ada beberapa temannya yang sedang mangkal menunggu penumpang. di antara mereka ada yang hanya duduk di becaknya sambil merokok, ada yang sedang ngobrol dengan sesama tukang becak dan ada juga yang sedang mengotak-atik nomor togel.
     "sampean kenapa Jo. suntuk banget kelihatannya?" tanya Selamet melihat rekannya yang biasa ngobrol dan bercanda hanya duduk melamun di becaknya. pak karjo hanya tersenyum kecut. melihat itu selamet masuk ke becak karjo dan duduk di sampingnya.
     "kemarin tembus ndak?"
Karjo menggeleng. andai penempatan angka itu tak salah pasti pasangan karjo tembus.
     "saya kenal orang pinter yang bisa nebak nomor dengan jitu. nanti malam saya mau kesana. sampean mau ikut ndak?"
mendengar ucapan Selamet,Karjo terperangah. matanya berbinar-binar penuh harapan indah.
     "saya ikut kang" jawab Karjo bersemangat.
                                                                                        *
  
     Bau dupa kemenyan menebar ke semua sudut ruangan. sementara benda-benda mistik seperti keris dan tengkorak manusia,entah asli atau tidak ada di ruangan itu. Karjo dan Selamet duduk bersimpuh. di depan mereka duduk seorang lelaki setengah baya, pakaian serba hitam dan memakai kalung berbandul kepala tengkorak manusia ukuran mini.
     "apa tujuannya datang ke sini?" tanya lelaki berpakaian serba hitam itu tanpa ekpresi
     "minta nomor jitu mbah" jawab Selamet tegang
     "satu nomor maharnya sepuluh ribu. berapa nomor yang kamu minta?"
     "empat nomor mbah"
     "sudah di siapkan maharnya?"
Selamet mengeluarkan uang dua puluh ribu lalu memberi kode pada Karjo, karjo buru-buru mengeluarkan uang dua puluh ribu hasil pinjaman temannya sebelum berangkat.setelah menerima mahar, lelaki berpakaian serba hitam itu mengeluarkan kertas kosong berukuran kecil.
     "kalian lihat kertas ini" ucap lelaki itu sambil menunjukan kertas di tangannya pada Selamet dan Karjo
     "kertas ini kosong,tidak ada tulisan apapun"
Selamet dan Karjo mengangguk. lalu lelaki itu melipat kertas di tangannya dengan beberapa lipatan kecil.
     "kalian bawa kertas ini. simpan di tempat yang aman. besok pagi sudah ada tulisan angka di kertas itu. nomor itulah yang akan keluar"
setelah menerima kertas itu Selamet dan Karjo pulang dengan bahagia. terbayang di depan mereka esok mereka akan menjadi orang kaya.
karena istri karjo pulang ke rumah orang tuanya sambil membawa anak mereka maka Selamet memutuskan malam itu tidur di rumah Karjo. tujuannya agar saat pagi tiba kertas itu telah ada tulisan empat angka dan mereka bisa melihat tulisan itu bersama-sama.
saat pagi tiba,benar saja kertas yang sebelumnya kosong sekarang telah ada tulisan empat angka. Karjo dan Selamet melonjak kegirangan, mereka tak mau tahu siapa yang telah menuliskan empat angka itu. karjo dan selametpun mendatangi agen penjual togel dan memasang empat angka.
     Karjo dan Selamet menunggu pengumuman angka yang keluar dengan tak sabar, mereka yakin pasangan mereka tepat. mereka sudah punya banyak rencana setelah uang itu mereka dapat. Selamet berpikir untuk memperbaiki rumah yang dindingnya sudah banyak yang retak, membeli tivi 21 inc, kalau bisa juga membeli motor. Karjo sendiri berencana dengan uang itu ia akan menjemput istrinya, melunasi hutang-hutang di warung, kalau perlu membeli warung dan isinya sekalian.
     namun semua angan itu lenyap seketika saat 'pengumuman' angka yang keluar ternyata tidak sama dengan angka yang mereka pasang. mereka shock luar biasa. mereka masih ingat dengan jelas, kertas yang di berikan dukun itu kosong dan tiba-tiba paginya sudah ada empat angka tertulis di kertas itu tapi kenapa angka itu tidak sesuai dengan angka yang keluar di togel?
     sejak itu Selamet dan Karjo kapok pergi ke orang pinter, dukun dan sejenisnya. ternyata mereka sama saja tak tahu pasti angka berapa yan akan keluar tapi mereka tidak kapok pasang togel. bagi mereka itulah satu-satunya harapan dan jalan agar menjadi kaya.
     tak terasa satu bulan sudah Karjo hidup sendiri di rumahnya. rasa kesepian mulai ia rasakan. kadang ia rindu suara bising anak-anaknya yang bermain, ia rindu perhatian istrinya tapi ia belum ingin menjemput mereka sebelum nomor yang ia pasang tembus empat angka.
     dengan tak bersemangat Karjo mengayuh becaknya menuju rumah. ia tahu sampai di rumah nanti tak ada lagi istrinya yang membuatkan kopi, menyiapkan makan atau suara anak-anaknya yang bermain, karena itulah ia mengayuh becaknya dengan enggan.
     "kang karjo, nomor yang sampean pasang benar, tembus empat angka kang" ucap seorang pengendara motor yang ternyata Jarot,agen togel.
     "sampean ndak bercanda rot?" tanya karjo tak percaya
     "ndak kang, sumpah. ayo kang di ambil duitnya"
                                                                    *

     Karjo melewati jalan setapak menuju rumah mertuanya dengan penuh semangat.istrinya pasti mau di ajaknya pulang karena kini ia datang dengan membawa uang sepulluh juta. sungguh ia sudah begitu rindu dengan istri dan anak-anaknya.
     Karjo mengetuk pintu rumah mertuanya dengan tak sabar. setelah mengucap salam ke tiga kalinya barulah seseorang datang membukakan pintu. karjo tersenyum bahagia ketika yang membukakan pintu ternyata istrinya.
     "bu, bapak datang untuk menjemput kalian. ahirnya bapak dapat juga bu, empat angka bu! bapak dapat sepuluh juta. SEPULUH JUTA BU!"
bu karjo diam. tak ada tanda-tanda kebahagiaan di wajahnya
     "aku ingin cerai. sudah lama aku memikirkan ini"
     "cerai? tapi kenapa bu?" tanya Karjo hampir tak percaya
     "karena aku tidak ingin hidup selamanya dengan penjudi. aku tidak ingin membesarkan anak-anak dengan uang haram"
saat itu karjo merasa jiwanya telah melayang entah kemana...

Label: