Rabu, 14 November 2012

DILEMA SANG PROFESOR

     Profesor duduk terpaku di ruangan bacanya,di depannya ada sebuah majalah yang beraroma supranatural tergeletak. mata sang profesor menatap majalah itu namun sesungguhnya pikirannya melayang kemana-mana.
     Lima tahun yang lalu pemilik media itu mengajaknya bergabung untuk duduk sebagai dewan redaksi. karena ia ahli di bidang pengobatan herbal maka ia bertugas menggawangi kolom pengobatan herbal. Profesor tentu saja menerima. baginya ini juga peluang untuk memasarakatkan pengobatan herbal yang menggunakan rempah-rempah dan pohon-pohon yang tumbuh di sekitar kita sebagai obat.
     Sayangnya seiring perjalanan waktu kolom yang profesor kelola kurang di minati pembaca. pembaca lebih menyukai tulisan-tulisan yang berbau misteri.
lewat sidang redaksi berkali-kali ahirnya di putuskan kolom yang profesor kelola di hilangkan dan mengganti halaman itu untuk iklan paranormal yang secara materi jauh lebih menguntungkan.namun profesor tidak di keluarkan dari dewan redaksi. itu karena namanya sudah sangat di kenal masarakat,bukan hanya sebagai ahli pengobatan herbal juga sebagai pendakwah. dengan di cantumkan namanya sebagai anggota dewan redaksi walau tak lagi menyumbangkan tulisan apapun akan bisa menaikan citra majalah itu.
     Profesor mendesah. perlahan di bukanya lembar demi lembar majalah supranatural di depannya. delapan puluh persen majalah itu hanya berisi iklan para dukun dan paranormal yang menurut profesor isi iklannya sungguh mendekati penipuan. contohnya iklan dukun yang mengaku bisa melancarkan rizki orang lain. padahal secara logika saja kalau memang benar dukun itu bisa melancarkan rizki orang lain kenapa tidak di pakai untuk melancarkan rizkinya sendiri dengan begitu dia tidak perlu lagi mencari pasien dengan memasang iklan di majalah yang biayanya tak murah.
     Bukan cuma iklannya, isi berita majalah itupun menurut profesor sungguh menyesatkan. bagaimana mungkin ada arwah gentayangan yang bisa membalas dendam. padahal semua orang yang meninggal bagaimanapun caranya dia meninggal, arwahnya akan ada di alam aherat dan tak akan bisa gentayangan di bumi. sebagai seorang pendakwah profesor merasa ikut bersalah membiarkan kebatilan itu ada di depan matanya....
     Saat seperti itu profesor merasa sedang berdiri di dua tempat yang saling bertolak belakang, kebenaran dan kebatilan. kebenaran karena ia juga seorang pendakwah yang sering berceramah di berbagai tempat. kebatilan karena secara langsung dan tidak langsung ia ikut membesarkan majalah supranatural yang berarti ikut mengacaukan pemahaman umat islam tentang alam ghaib hingga tak sesuai lagi dengan al qur'an dan sunah. apalagi majalah supranatural di mana ia duduk sebagai dewan redaksi selalu menduduki ranking pertama (terlaris) menurut berbagai lembaga penelitian.
     Perlahan tangan profesor membuka laci lalu mengambil sebuah surat yang sejak dua tahun lalu ia buat. itu adalah surat pengunduran dirinya sebagai dewan redaksi. ia buat setelah ia pulang dari ibadah haji untuk pertama kali. saat itu tingkat keimanannya sedang naik drastis, mungkin karena suasana di Mekkah al mukaromah masih terasa di hatinya tapi sayangnya itu terjadi hanya beberapa hari dan saat pemilik majalah punya kesempatan bertemu dengannya justru tingkat keimanannya telah kembali seperti semula dan ahirnya keinginannya untuk mengundurkan diri oleh kefasihan berbicara pemilik majalah itu...
     Profesor kembali mendesah. jujur ia akui ia menikmati transferan dana ke rekeningnya tiap bulan sebagai gaji anggota dewan redaksi walau ia tak pernah menyumbangkan berita atau tulisan apapun lagi. namun Profesor juga sadar jika kelak umat islam Indonesia tidak bisa lagi membedakan yang mana dukun dan yang mana ustadz maka ia ikut andil dalam kebatilan itu...

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda