Tulisan ini saya kaji dan saya cari rujukannya dari penjelasan dan
penjabaran para ulama yang akan membersihkan nama Imam Ghazali dari
tangan-tangan kotor seperti Dukun Ahmaq yang secara membabi buta
meyakini bahwa Imam Ghazali mengajarkan rahasia buat jimat, ilmu sihir
dan berbagai macam ilmu ghoib lainnya.
Imam Ghazali adalah salah satu aulia Allah yang ilmunya diakui oleh
para ulama, walaupun beliau seorang ulama namun beliau tidaklah lepas
dari kesalahan dan cela sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu taimiyah. Ibnu
Taimiyah berkata
“ al-Ghazali sekalipun cerdas ketika mendalami ilmu
kalam dan falsafah, lalu dia terjun ke jalan zuhud, riyadhah, dan
tasawwuf, justru tambah bingung dan tidak bisa memutuskan sesuatu,
kemudian beliau menggunakan jalan kas yaf sebagai alasan terakhir dan
itu hanya kilah belaka. Setelah itu beliau kembali ke jalan ahli hadits
dan mengarang kitab Iljamul Awwam’an ‘ilmi kalam. ( Majmu Fatawa ibnil Taimiyah 63/4)
Muhammad al-Amin bin Muhammad bin al-Mukhtar al-jikuni al-Syinqithi berkata,
“Bukan
satu orang menyebutkan bahwa Imam Ghazali di akhir hayatnya bertaubat
dan kembali membaca kitabullah dan menghafal beberapa hadits yang shahih
dan mengakui bahwa kebenaran adalah apa yang terdapat dalam kitabullah
dan sunnah rasul-Nya.
Sebagian ulama juga menyebutkan bahwa ketika Imam al-Ghazali meninggal dunia, diatas dadanya terdapat kitab shahih al-bukhari.
Fakhrur Razi yang dikenal sebagai tokoh falsafah itu pun menyatakan
tobat diakhir hayatnya dan megakui bahwa jalan yang paling tepat adalah
mengikuti al-Qur’an dalam memahami sifat-sifat Allah, beliau berkata :
“
Sungguh aku telah mencoba beberapa teori ilmu kalam aturan falsafah.
Aku tidak menjumpai hal yang bisa menyegarkan orang yang haus atau
menyembuhkan orang sakit. Sungguh aku tahu jalan terdekat adalah jalan
al-Qur’an” ( adhwa-ul bayan juz 7 hal 296)
Ustadz Abdul Qadir Attamimi membuktikan bukti kitab
al-Munqidz Minad Dholal yang didalam kitab tersebut menjelaskan bahwa Imam Ghazali anti perukunan, juga anti jimat. Keterangannya sebagai berikut
: “ Aneh sekali orang yang percaya dengan hal tersebut ( wifiq dan angka),
lalu tidak percaya bahwa ketentuan shalat subuh dengan dua rakaat.
Dzuhur dengan 4 rakaat, maghrib dengan 3 rakaat dan isya dengan 4 rakat
yang seluruhnya punya khasiat yang tidak dietahui menurut pandangan ilmu
hikmah kecuali Allah.
Lalu Ustadz Abdul Qadir Attamimi menegaskan telah beredar buku
al-aufaq (yang terjemahannya berjudul Kumpulan Ilmu Ghaib ) yang
dinyatakan dan disandarkan, dinisbatkan atau dituduhkan sebagai karangan
/ tulisan Imam Ghazali.
Memang tidak bisa dipungkiri Abu hamid ini pernah terjerumus dalam
paham tasawwuf dalam tingkat yang mendalam. Meski begitu tidak boleh
percaya begitu saja bahwa buku-buku tersebut betul-betul tulisan beliau.
Sebab banyak pihak yang menyandarkan atau menisbatkan sesuatu pada
orang lain.
Seperti
Kitab ar-Rahmah fi ath-Thibb wa al-Hikmah . Buku
ini dinisbahkan kepada Imam Jalaluddin as-Suyuthi dan telah
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan judul “Pengobatan dan
Hikmah” diterbitkan oleh Penerbit Cendekia, Jakarta. Syaikh Ibrahim
Muhammad Jamal – seorang ulama Mesir dalam bukunya yang berjudul
As-Sihr: Dirasah fi Zhilal al-Qashash al-Qur’ani wa as-Sirah an-Nabawiyah
menyatakan bahwa kitab ini tidak benar merupakan tulisan atau karya
Imam as-Suyuthi. Selanjutnya tulis beliau, kitab ini karangan As-Subairi
al-Muqri, akan tetapi
khattat (penulis khat) dari Penerbit Al-Bab al-Halabi, Mesir menuliskan pengarang buku ini secara keliru. Sama halnya dengan buku
Al-Aufaaq
yang dikenal sebagai karya Imam al-Ghazali, rasanya perlu dicek ulang
apakah ini benar sebagai karya ulama atau jangan-jangan salah tulis
seperti kitab
ar-Rahmah itu.
Dalam kasus Imam Ghazali, lebih berhati-hati dalah sikap yang
terbaik, karena menyangkut nama orang, sebuah dosa kalau ikut
menyebarkan sesuatu yang tidak semestinya bisa disandarkan atau
dinisbatkan pada orang lain. Kecuali ada bukti dan catatan akurat bahwa
karya tersebut secara meyakinkan memang tulisan beliau. Semoga Allah
Ta’ala mengampuni kita dan Imam Ghazali.
Abdurrahman badawi mengumpulkan karya-karya Imam Ghazali dan
mengumpulkan/mengelompokkan menjadi beberapa bagian tentang kitab-kitab
karya Imam Ghazali sebagai berikut :
- 72 kitab yang pasti karya imam Ghazali
- 22 buah kitab yang masih diragukan sebagai karya Imam Ghazali
- 31 kitab yang lebih layak bukan karya Imam Ghazali kebanyakan
kitab jimat, sihir dan ilmu hitam dan kitab Al-Aufaq ini dimasukkan
dalam kitab-kitab bukan karya Imam Ghazali.
- 96 buah kitab kecil yang diambil dari kitab-kitab karya Imam Ghazali, lalu dijadikan itab-kitab tersendiri
- 48 buah kitab plagiat/jiplakan dari kitab-kitab karya Imam Ghazali
- 106 buah kitab yang masih tidak diketahui identitasnya atau karakternya
- 76 buah manuskrip yang disandarkan/dinisbatkan kepada Imam Ghazali
Dalam Kitab Al-Aufaq yang dinisbahkan pada Imam Ghazali menjelaskan
tekhnik ilmu hitam dengan mencampuradukkan ayat suci Al_Qur’an untuk
menyantet/menyakiti seseorang secara ghoib. Kitab al-Aufaq telah
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia dengan judul kitab
“Kumpulan Ilmu Ghaib”
Penerbit Mahkota Surabaya yang dialih bahasakan oleh Ustadz Masrab dan
Suhaemi. Ustadz Masrab dan Suhaemi mengatakan dalam kata pengantarnya
bahwa mereka menterjemahkan kitab
Al Aufaq buah karya Imam
Ghazali. Namun jika kita lihat isi dari buku tersebut sangat jauh dari
kesan buah karya Imam Ghazali. Sebab isi dalam buku tersebut adalah
kumpulan tekhnik dan tata cara untuk menyihir dan menyakiti orang lain.
Pada kesempatan ini saya akan membahas dan membongkar beberapa contoh
“kebusukan” isi buku tersebut (jika akan dibahas semua niscaya akan
membutuhkan berjilid-jilid buku).
Pada buku
“Kumpulan Ilmu Ghaib” tersebut dijelaskan cara untuk menyihir agar seorang wanita tidak bisa menikah yang celakanya menyebut
Allahuma..…
. Dibawah ini Azimat yang ditulis dan ditaman dirumah wanita tersebut
yang akan berakibat wanita tersebut tidak akan kawin selama-lamanya
[1].
Inilah azimat yang ditulis (tidak saya tuliskan semuanya):

Ada juga cara menyihir atau menyantet seseorang yang jadi musuhnya
hingga berakibat terganggu atau rusak alat fitalnya (dzakar atau
farjinya). Dengan cara menulis azimat dibawah ini pada kulit burung
hud-hud atau pakaian orang penakut lantas ditanam di bawah rumah (pintu
rumah) musuh seraya membaca surat Humazah
[2]. Bayangkan seorang Imam Ghazali tidak mungkin menggunakan ayat-ayat Allah untuk menyihir alat fital seseorang.
Inilah Azimat yang ditulis :

Selain itu dalam buku tersebut juga dijelaskan cara meminta bantuan
setan untuk mengganggu seseorang hingga dikuasai setan. Yaitu dengan
cara menuliskan wifik dibawah ini pada gambar manusia (boneka) yang
terbuat dari lilin lantas pada hari jum’at ditaman dihalaman rumah
seseorang yang dibenci
[3].
Inilah azimat yang ditulis :

Dijelaskan juga cara untuk menyihir atau menyantet seseorang yang
dimusuhi hingga akan mati tanpa sebab sebelumnya. Dengan cara azimat
dibawah ini ditulis pada tulang burung unta berikut namanya dan nama
ibunya lantas dibakar
[4].
Inilah azimat yang ditulis :

Ada juga sihir yang cukup menjijikkan untuk dilakukan yaitu sihir
untuk mengeluarkan darah (kemaluan) seorang wanita dan membuat wanita
tersebut memukuli dirinya sendiri. Dengan cara azimat dibawah ini
ditulis pada telapak tangan lantas ditunjukkan kepada wanita, maka tidak
lama kemudian setelah melihat tulisan tersebut maka darahnya akan
keluar dan segera memukul dirinya sendiri
[5].
Inilah azimat yang ditulis :

Termasuk Syirik Akbar jika kita meminta bantuan pada setan ketika
tertimpa musibah. Pada buku “Kumpulan Ilmu Ghaib” (yang dikatakan
penterjemahnya telah diterjemahkan dari kitab Al-Aufaq buah karya Imam
Ghazali) telah mengajarkan memanggil nama makhluk halus, ketika dalam
keadaan bahaya atau dalam keadaan sangat memerlukan petolongan sedang
disekitar tempat tersebut tidak ada orang yang menolongnya, dengan
memanggil nama
[6]:
Yaaa Syufaikhutaan…..

Perhatikanlah, bagaimana Imam Ghazali gadungan berani mengajarkan
wirid syirik itu kepada. Kita disuruh minta bantuan kepada selain Allah.
Yaitu memohon pertolongan kepada sosok khadam (pembantu) yang diyakini
sebagai penunggu Asma tersebut atau langsung menyebut nama sesosok
makhluk halus. Siapakah khadam yang dimaksud kalau bukan jin atau
syetan?. Karena malaikat tidak mungkin dijadikan khadam oleh manusia.
Karena malaikat hanya tunduk kepada Allah, bukan kepada-manusia. Semua
malaikat adalah prajurit Allah, bukan prajurit manusia. (Lihat QS.
Maryam: 64 dan at-Tahrim: 6).
Ada sebuah kisah menarik tentang Imam ash-Shan’ani (w 1182H), yaitu
beliau tertimpa sakit perut (mencret) yang menguras isi perut beliau
.Keluarga beliau mencarikan obat tetapi tidak berguna sedikitpun.
Kemudian dibawakan 2 buah buku kepada beliau ,yaitu
Al-Insan Al Kamil karya Al Jili , dan
al-Madhnun Bihi ‘Ala Ahlihi karya Al-Ghazali, yang beliau pernah berkomentar :”Aku tidak menganggapnya sebagai karya beliau. Buku ini hanyalah
dinisbatkan secara dusta (pada Al Jaili dan Al-Ghazali).”
Kemudian imam Ash-Shan’ani berkata : “Kemudian aku menelaah buku
tersebut, maka aku temukan buku tersebut berisi KEKUFURAN yang nyata,
maka aku perintahkan supaya kedua buku itu DIBAKAR dengan api dan apinya
digunakan untuk membuat roti untukku.”Kemudian beliau makan roti dengan
niat sebagai obat, setelah itu beliau tidaklah merasa sakit.
Jika Dukun Ahmaq (wongalusaceh) masih ngeyel bertahan menganggap
Al-Aufaq (yang berisi rahasia / rumus buat jimat dan sihir) adalah karya
Imam Ghazali dikarenakan saya mengambil rujukan dari para ulama wahabi
yang berakidah ahlussunah waljama’ah, maka mari kita lihat Fatwa Habib
Mundzir yang menjelaskan kitab al-aufaq tidak dikenal beliau dan bukan
karya Imam Ghazali. Semoga Dukun Ahmaq bisa bertaubat dan melemparkan
semua kitab-kitab sihirnya ke dalam api. Jika tetap tidak mau bertaubat
maka saya khawatir Dukun Ahmaq ini akan dilemparkan kedalam Api Neraka
(kalimat “saya khawatir” bukan saya menganggap Dukun ini akan pasti akan
masuk neraka , harap bijaksana dalam menilai)
Kitab Al-Aufaq karangan siapa ( lihat di http://www.majelisrasulullah.org/index.php/images/images/stories/multimedia/index.php?option=com_simpleboard&Itemid=&func=view&catid=8&id=3891#3891 )
Assalammualaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh
Habib yang saya mulyakan,
Saya ingin menanyakan perihal mushonif dari kitab Al-Aufaq, dikitab
tersebut tertulis mushonifnya adalah Muhammad Ghozali, apakah yang
dimaksud itu adalah Imam Ghozali (Hujjatul Islam). Saya sedikit syak
tentang pengarang kitab tersebut adalah benar² Imam Ghozali yang saya
sebutkan diatas, sebab didalam kitab tersebut ada yang mengajarkan
tentang tata cara dan syarat² untuk berbuat jahat kepada seseorang,
misalnya cara untuk meneluh/menyantet orang. disana tertulis syarat
untuk melakukan tersebut adalah dengan menggunakan darah dari pada
anjing.
Mohon penjelasannya dari Habib. Mohon maaf bila ada perkataan yang tidak berkenan
Wassalam
Hartono – Mangga Besar XIII
JAWABAN HABIB MUNDZIR :
Alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Limpahan kebahagiaan semoga selalu tercurah pada anda dan keluarga,
saudaraku yg kumuliakan, Kitab Muhamad Ghazali banyak, dan saya belum
pernah lihat atau membaca kitab Al Awfaq, namun kalau sekilas saya
dengar dari anda maka mustahil kalau Muhamad Ghazali itu adalah Imam
Ghazali, karena Al Muhaddits Hujjatul Islam Imam Abu Hamid Muhammad bin
Muhammad bin Muhammad Al Ghazaliy Atthuushiy rahimahullah adalah seorang
hujjatul Islam, yaitu telah hafal lebih dari 300 ribu hadits dengan
sanad dan matan, sebagaimana berkata Imam Alhafidh Ibn Hajar Al
Atsqalaniy bahwa seorang ahli hadits barulah disebut Al Hafidh bila
sudah hafal 100 ribu hadits dengan sanad dan hukum matannya, sedangkan
satu hadits pendek yg panjangnya misalnya sebaris saja, maka kalau
dengan sanad dan hukum matannya bisa jadi dua halaman, bagaimana dengan
100 ribu hadits dengan sanad dan matannya.,dan diatas Al hafidh ada
derajat Alhujjah, yaitu Hujjatul islam yg sudah hafal 300 ribu hadits
dengan sanad dan matannya, inilah Imam Ghazali rahimahullah yg mengarang
kitab Ihya ulmuddin, yg menjadi rujukan bagi ratusan para hafidh dan
Imam.
maka mustahil kalau beliau mengarang kitab seperti yg anda sebutkan, demikian saudaraku yg kumuliakan.,
wallahu a’lam